TABLOIDSINARTANI.COM, Pandeglang---Brownies talas beneng kini menjadi oleh-oleh yang tidak boleh ketinggalan jika kita berkunjung ke Kabupaten Pandeglang, Banten. Harganya pun tidak menguras kantong hanya Rp 30 ribu/boks.
Brownies talas beneng kini menjadi salah satu kudapan kekinian dari talas yang sekarang populer di Kabupaten Pandeglang. Hasil olahan tanaman yang daunnya seringkali dijadikan pelindung saat hujan ini sudah dikenal sebagai oleh-oleh khas Pandeglang.
Selama ini umumnya brownies terbuat dari tepung terigu, namun dengan kreasi Kostratani Pandeglang bersama Kelompok Wanita Tani (KWT), tepung dari talas beneng diolah menjadi brownies talas beneng. Brownies talas beneng mempunyai tekstur yang lembut saat dikonsumsi.
Talas beneng berbeda dari talas Bogor. Dinamakan talas beneng, karena talas yang tumbuh di Pandeglang itu ukurannya cukup besar dan warnanya kuning (koneng). Karena itu kemudian dinamakan talas beneng (besar dan koneng).
”Talas Beneng terus dikembangkan di Pandeglang dan sudah diakui secara nasional sebagai varietas lokal punya pandeglang. Jadi kami coba kembangkan brownies dari bahan dasar talas ini,” tutur Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang, Yoyoh Rachmatunnisa di Pandeglang, beberapa waktu lalu.
Yoyoh mengembangkan inovasi pengolahan talas beneng menjadi brownies talas beneng dengan menggandeng Kelompok Wanita tani (KWT) diwilayah binaannya sejak tahun 2018. “Para ibu yang tergabung di KWT yang memproduksi brownies ini. Awalnya produksi by order atau berdasarkan pesanan karena UKM dan KWT belum mempunyai outlet, “ ujar Yoyoh.
Namun kini tak kurang dari 1.500 pieces brownies talas beneng yang sudah berhasil dipasarkan dengan banderol harga Rp 30.000/boks. Dari tampilan, brownies beneng tidak banyak berbeda dengan brownies pada umumnya. Perbedaannya adalah komposisi bahannya saja.
Untuk varian rasa, Yoyoh mengatakan ada empat rasa yakni keju, choco chips, rice choco dan kombinasi. Semuanya sudah mendapat sertifikat halal MUI dan PIRT dari Dinas Kesehatan setempat.
Untuk lebih mengembangkan produksi, Yoyon mengakui, dirinya bersama anggota KWT rajin mengikuti pameran atau kegiatan yang berhubungan dengan promosi pangan lokal, baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Promosipun dilakukan dengan memanfaatkan media sosial.
“Pihak instansi pun seperti Dinas pertanian maupun dinas ketahanan pangan kabupaten pun kerap ikut mempromosikan olahan pangan lokal merk "Rhino cake" dengan brownies talas benengnya, “ ucapnya.
Seperti diketahui dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, menjadikan talas sebagai bahan pokok menggantikan nasi. Namun dalam perkembangnya, umbi talas tersebut tidak hanya diolah sebagai talas segar. Umbi talas juga dikreasikan menjadi tepung talas yang kemudian dapat diolah menjadi beragam kudapan. Mulai dari aneka cake dan kue tradisional hingga aneka kudapan kekinian seperti brownies.
Seperti diketahui, program Kostratan yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menempatkan penyuluh sebagai tokoh penggerak utama pembangunan pertanian. Penyuluh Pertanian yang handal dan profesional pada era yang disebut 4.0 harus dapat melaksanakan fungsi penyuluh pertanian, terutama untuk transfer teknologi (technology transfer).
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menekankan, penyuluh harus bisa menjadi sumber informasi bagi petani tentang pembangunan pertanian di Indonesia, baik itu makro maupun mikro.
Penyuluh juga dituntut menjadi penasehat (advisor work) yang dapat mengarahkan dinamika perorangan atau kelompok sehingga tercapai perubahan perilaku, sikap dan keterampilan agar kemampuan petani dan kelompok tani lebih baik. “Better farming, better business, better income, better living, and better environmental,” ujar Dedi.