Jumat, 19 April 2024


Usaha Tani Nanas Subang, Tetap Manis Saat Pahitnya Korona

05 Nov 2020, 16:24 WIBEditor : Yulianto

Efrizal di tengah kebun nenas | Sumber Foto:Dok. Humas Ditjen Horti

TABLOIDSINARTANI.COM, Subang---Siapa yang tak kenal nanas Subang? Kabupaten di wilayah Pantai Utara Jawa Barat ini memang dikenal sebagai salah satu penghasil komoditas yang mendapat julukan buah Ratu.

Kabupaten Subang memang sentra nanas yang sangat popular di Indonesia. Salah satunya Kelompok Tani Mekar Sari Maju di Kampung Mekar Sari RT 8/RW 3 Desa Sari Reja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Kelompok ini juga memiliki koperasi bernama Koperasi Produsen Singgalang Sari Maju Subang untuk mendukung usaha tani mereka.

Di masa pandemi Covid-19, petani nanas pun harus bertahan menghadapi goncangan ekonomi. Hal itu diakui Ketua Kelompok Tani Mekar Sari Maju, Efrizal. Sejak pandemi Covid 19, menuurtnya, omset petani mengalami penurunan. Apalagi kini pabrik mitra yang biasanya disuplay 500 ton per tahun kini berhenti beroperasi. “Tapi berkat kerja keras dan semangat dari anggota, sejak September-Oktober ada permintaan dari salah satu perusahaan,” katanya.

Selama ini penjualan nanas disesuaikan dengan bobot berat per buah. Untuk bobot 1,3-2,5 kg per buah dijual ke supermarket. Bobot 1 kg per buah dijual ke pabrik pengolahan nanas, sedangkan kurang dari 1 kg per buah dijual ke Pasar Caringin Bandung dan sekitarnya.

Tak hanya bentuk segar, kelompok tani juga menjual nanas dalam bentuk olahan.  Distribusi nanas segar dilakukan ke pasar lokal, kios buah, supermarket sekitar  daerah Subang. Sementara untuk penjualan ke Jakarta telah bekerja sama dengan salah satu distributor. 

“Selain produk segar, nanas juga diolah menjadi keripik dan wajik.  Harga keripik nanas dibanderol Rp 130 ribu per kilogram. Saat ini kelompok tani tengah mengurus Produk Ijin Rumah Tangga (PIRT),” ujar Efrizal.

Efrizal mengakui, tantangan yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan alat dan produksi pasca panen khususnya untuk produksi olahan. Dirinya berharap adanya bantuan sarana dan prasarana pasca panen maupun pengolahan untuk pengembangan usaha nanas yang lebih besar.  

Kelompok Tani Mekar Sari Maju memiliki kebun seluas 70 hektar (ha). Varietas yang ditanam petani adalah nanas madu Subang yang tingkat kemanisannya sekitar 17-20 brix. “Jenis ini termasuk smooth cayenne yang memiliki daun dan mahkotanya halus, sedikit berduri hingga nyaris tidak berduri). Ukuran buahnya besar serta mata buahnya cenderung datar,” tuturnya. 

Efrizal mengatakan, umumnya petani menanam secara tumpang sari dengan berbagai tanaman. Bisanya berbarengan dengan jahe, jeruk nipis, pepaya dan cengkeh.  Harapannya, anggota poktan dapat memperoleh pendapatan.

“Dengan luasan hanya 0,25 ha, petani bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 10 juta/bulan dari budidaya nanas,” tambah pria yang pernah mendapat juara 1 lomba budidaya nanas tingkat Kabupaten Subang dengan antusias.

Terapkan GHP

Secara terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiarto mengingatkan, pentingnya penanganan pascapanen nanas yang baik (Good Handling Practices-GHP)  dalam rangka memperluas akses pasar. Selain itu, perlu adanya inovasi dalam pengolahan nenas agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Perlu diketahui, nanas  (Ananas comosus) merupakan salah satu buah tropis yang sangat populer di pasar domestik maupun ekspor.  Tanaman ini berasal dari Paraguay, Spanyol dan termasuk famili Bromeliaceae. Buah ini memiliki perpaduan rasa yang lezat,  manis  dan asam.

Negara tujuan ekspor nenas olahan (kaleng) adalah negara Amerika Serikat, Spanyol, China, Belanda, Singapura, Jepang, Argentina dan German. Sedangkan negara tujuan ekspor nenas segar adalah United Arab Emirates, Jepang dan Saudi Arabia.

Nanas kaya akan nutrisi dan sarat dengan flavonoid dan asam fenolik. Flavonoid adalah kelompok senyawa bioaktif yang banyak ditemukan pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Flavonoid serupa dengan antioksidan yang memiliki beragam manfaat untuk memperbaiki sel yang rusak akibat radikal bebas.

Selain itu buah ini mengandung pektin serta enzim pencerna protein (bromelain) yang bermanfat bagi kesehatan.  Sebagian besar kekuatan penyembuhan dari nanas berasal dari bromelain yang ditemukan di batang dan buah nanas.   

Berdasar data BPS, produksi nanas Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika tahun 2017, produksinya sebanyak 1,7 juta ton, maka tahun 2018 naik menjadi 1,8 juta ton dan tahun 2019 mencapai 2,1 juta ton. 

Daerah yang tercatat sebagai penghasil nanas di antaranya adalah Kabupaten Subang, Pemalang, Kubu Raya, Simalungun, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Blitar, Kediri dan beberapa kabupaten lain.  

Sentra penghasil nanas terbesar pada 2019 berada di delapan provinsi dengan kontribusi sebesar 80 persen adalah Lampung (699.243 ton), Jawa Timur (250.291 ton), Jawa Barat (228.600 ton), Sumatera Selatan (179.845 ton), Jawa Tengah (173.605 ton), Sumatera Utara (138.286 ton), Jambi (137.622 ton) dan Riau (132.582 ton). 

Sementara itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus menggairahkan jajaran dan pelaku pembangunan pertanian khususnya petani untuk meningkatkan volume dan kualitas produksi. Tujuannya tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan meraih pasar ekspor lebih luas yang dituangkan dalam Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).

Gratieks dirumuskan melalui langkah strategis secara holistik dari hulu sampai hilir dalam pembangunan sektor pertanian. Gedor Horti yang selama ini digaungkan Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto juga dalam rangka mendorong Gratieks.

 

Reporter : Kontributor
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018