Jumat, 19 April 2024


Belajar Budidaya Kentang dari Supeno

24 Sep 2021, 09:48 WIBEditor : Yulianto

Supeno di lahan budidaya kentangnya | Sumber Foto:Soleman

TABLOIDSINARTANI.COM, Malang---Kentang adalah tanaman sayuran perdu semusim yang berkembang biak melalui umbi. Namun untuk budidaya kentang tak bisa disembarang tempat. Tanaman ini akan tumbuh subur di dataran tinggi yang beriklim dingin.

Sedangkan pada dataran rendah dengan suhu udara tinggi, tanaman kentang akan kesulitan membentuk umbi. Daerah yang ideal untuk budidaya kentang adalah dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 1000-2000 mdpl.

Kondisi tanah yang baik adalah tanah gembur yang banyak mengandung unsur hara. Tanah yang keras dan padat akan menghambat pembentukan dan perkembangan umbi. Bagaimana agar budidaya kentang bisa sukses?

Supeno, salah seorang petani kentang di Malang memberikan tipsnya.

Pengolahan Lahan

Dalam pengelolaan kentan, Supeno menjelaskan, tanah terlebih dahulu harus digemburkan. Caranya dengan membajak atau mencangkul. Tanah dicangkul dengan kedalaman kurang lebih 30 cm.

Bedengan dibuat dengan lebar 80 cm dan tinggi 10 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan kurang lebih 40 cm untuk akses aliran air hujan agar tidak menggenangi bedengan.

“Pembuatan bedengan agar tanaman kentang tidak terendam saat hujan turun, karena tanaman kentang merupakan tanaman yang sensitif, tidak menyukai kondisi tanah yang terlalu basah maupun terlalu kering,” katanya.

Setelah pengolahan lahan selesai, menurut Supeno, selanjutnya pemberian pupuk. Pupuk dasar ditaburkan secara merata diatas bedengan. Pupuk yang baik adalah pupuk kandang yang telah matang.

Dosisnya, 20-30 ton/ha. Namun, bisa juga ditambahkan pupuk NPK sebanyak 300-350 kg/ha. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah agar tidak tergerus air saat hujan turun, biarkan selama 10-15 hari sebelum penanaman dilakukan.

Untuk bibit, Supeno mengingatkan agar memilih umbi yang sehat, tidak terinfeksi penyakit dan dipanen pada usia yang cukup. Bibit yang digunakan sebaiknya berasal dari umbi yang tua. Cirinya umbi kuat, bobot umbi 30-45/50 gram atau 45/50-60 gram dengan besar rata-rata 30-35 mm atau 45-50 mm, dan memiliki tiga hingga lima mata tunas.

Untuk mendapatkan umbi yang baik dapat dilakukan dengan pemilihan yang baik adalah umbi bertunas dan juga kuat. Paling tidak telah melewati proses penyimpanan 4 bulan setelah panen. “Benih yang bagus jika telah tumbuh tunas kurang lebih 2 cm dan jumlah tunas mencapai 3 hingga 5 tunas,” katanya.

Selanjutnya menurut Supeno, dibuat garitan pada bedengan untuk meletakkannya, bibit kentang ditanam dengan jarak 20 atau 30 cm. Kemudian ditimbun dengan tanah, sehingga membentuk guludan setinggi 15 atau 20 cm. “Dalam 1 Ha membutuhkan sekitar 2 ton setengahdan biasanya kalau hasilnya normal dapat menghasilkan 20 ton hektar,” katanya.

Pemeliharaan Tanaman

Supeno menjelaskan, pemeliharaan tanaman kentang harus dilakukan agar tanaman tumbuh dengan baik. Penyiangan, dilakukan apabila tumbuh rumput dan gulma yang mengganggu tanaman. Bisa dilakukan bersamaan dengan perbaikan guludan saat tanaman berusia 1 bulan setelah tanam. Penyiangan dan perbaikan guludan selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berusia 2 bulan,” ujarnya.

Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkan diantara lubang tanam yang sudah ditanam umbi kentang. Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.

Pengendalian hama dan penyakit kentang sebaiknya dilakukan sejak dini. Sebab jika sudah terlanjur parah serangan hama dan penyakit akan sulit untuk dikendalikan. Hama dan penyakit yang biasanya menyerang tanaman kentang antara lain; orong-orong, trips, ulat grayak, penggerek umbi, kutu daun, ulat tanah, ulat penggulung daun, bercak daun, layu bakteri, busuk daun, busuk umbi.

Pemanenan

Tanaman kentang bisa dipanen pada usia 80-120 hari. Usia tanaman sampai siap dipanen berbeda-beda, tergantung pada jenis variaetas yang digunakan. Tanaman kentang harus dipanen pada usia yang tepat, tidak terlalu muda atau terlalu tua.

Pemanenan ketika tanaman belum cukup umur menyebabkan kualitas umbi yang rendah, karena karbohidrat belum terbentuk dengan maksimal. Begitu juga jika dipanen terlalu tua, kualitas umbi juga rendah.

Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak umbi. Namun Supeno mengingatkan, pada tanah yang sangat gembur pemanenan bisa dilakukan dengan mengeruk menggunakan tangan. “Cara ini lebih efektif karena resiko kerusakan umbi sangat kecil,” ujarnya.

Selesai panen Supeno menyarankan, biarkan sesaat agar tanah yang menempel pada umbi mengering dan mudah untuk dibersihkan. Kemudian umbi yang sudah terkumpul dikemas menggunakan karung goni atau keranjang agar mudah saat penganggkutan.

Biasanya harga jual kentan untuk grade AB sekitar Rp 11 ribu,  sedangkan yang berukuran sedang Rp 8 ribu dan kecil rata-rata Rp 4 ribu.

Reporter : Soleman
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018