Rabu, 30 April 2025


Buat Indah Dengan Anggrek Ala KWT Gawe Asri

26 Des 2022, 02:07 WIBEditor : Herman

Anggrek Komoditas Andalan KWT Gawe Asri

TABLOIDSINARTANI.COM, Semarang --- Ditangan para wanita trampil Kelompok Wanita Tani Gawe Asri, budidaya bunga anggrek yang selama ini dianggap sulit dan rumit bagi banyak masyarakat, terasa mudah dan menyenangkan. Dengan keuletan mereka, bunga anggrek menjadi salah satu pemasukan luar biasa bagi ekonomi warga. 

Bermula dari booming tanaman hias Anthurium pada tahun 2007 an. Banyak warga di kelurahan Srondol wetan, kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah yang ikut-ikutan menanamnya di pekarangan. Harga Anthurium pada waktu itu memang  gila-gilaan diluar nalar sehat.

Para warga yang berharap dapat ikut menangguk rejeki dari bisnis “gampang” ini, kemudian membentuk Kelompok Tani Bunga Hias “Tunas Putra”.

Kelompok Tani bunga hias ini beranggotakan 17 orang, yang tinggal berdekatan dalam satu lorong. Kelompok Tani ini sangat aktif menjalankan usahatani dan kegiatan kelompoknya.

Karena itu tidak heran bila KTBH “Tunas Putra” inipun tak luput dari perhatian pemerintah. Mereka mendapat  bimbingan dan pembinaan dari Dinas Pertanian mulai  dari tingkat kecamatan Banumanik hingga  tingkat Kota Semarang.

Bahkan, dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura provinsi Jawa Tengah juga ikut memberikan pembinaan kepada para warga.

Budidaya Anggrek

Dengan berlalunya kejayaan anthurium, berlalu juga keberadaan KTBH ”Tuas Putra”.  Satu persatu anggota berguguran, dari yang awalnya 17 orang tinggal 8 orang yang masih aktif.

Mereka yang bertahan yang kesemuanya adalah Wanita menyesuaikan keadaan. Tepatnya pada tahun 2010 mereka mengubah jati diri, dari Kelompok Bunga Hias menjadi Kelompok Wanita Tani (KWT) “Gawe Asri”. Dan jenis komoditas yang digarap juga difokuskan pada tanaman hias anggrek.

Menurut Umi Kalsum, yang dipercaya sebagai ketua, para ibu-ibu belajar budidaya anggrek dari nol.

“Bermodalkan pengalaman dan kegemaran bertanam tanaman hias anthurium, mereka mencoba berbudidaya anggrek mulai dari beli sebotol bibit anggrek. Bibit-bibit anggrek dari botol tersebut dipelihara baik-baik sambil belajar dari segala sumber seperti TV, bahan bacaan,  juga bimbingan dari dinas,” ungkapnya.

Lama-kelamaan ibu-ibu anggota KWT Gawe Asri makin trampil berbudidaya anggrek dan makin mengenal seluk beluk bisnis anggrek.

Nama  KWT Gawe Asri makin dikenal sehingga pembeli mulai berdatangan, roda bisnis anggrek disanapun mulai berputar.

Varitas anggrek yang disukai di KWT ini terutama dari jenis Phalaenopsis (anggrek bulan) dan  Dendrobium. Berbagai spesies dari Phalaenopsis dan Dendrobium dapat tumbuh subur. Para pembelipun agaknya lebih suka jenis ini karena bunga yang indah dan harga terjangkau.

Guna mengangkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang peranggrekan, Umi Kalsum dan 3 orang anggota KWT pernah dikirim Dinas Pertanian TPH provinsi Jawa Tengah ke Lembang, Bogor untuk mengikuti pelatihan.

Dari pelatihan tersebut mereka berusaha membagikan pengalaman dan pengetahuan tentang peranggrekan. Mereka tidak pelit berbagi ilmu, bekerja sama dengan pihak terkait, dan mereka membuka kelas pelatihan sehari tentang budidaya anggrek.

“Peserta yang datang mengikuti pelatihan terdiri dari ibu-ibu PKK, ibu-ibu Dasa Wisma, siswa SD. Hampir semua TP-PKK dan SD se kecamatan Banyumanik pernah mengikuti pelatihan mengunjungi tempat ini,”ungkapnya.

Ditambahkan Wanita berusia 63 tahun ini, bagi siswa SD yang mengikuti pelatihan dikenakan biaya Rp 15.000,- per siswa. Dan bagi peserta ibu-ibu, dikenakan biaya per orang sebesar Rp 30.000. Mereka akan mendapatkan oleh-oleh sebuah bibit dan sebuah pot anggrek.

“Pelatihan tersebut sebenarnya gratis atau cuma-cuma. Karena harga bibit dan pot yang diberikan  sebagai bonus lebih dari Rp 15.000,- dan Rp 30.000,-. Uang pembayar pelatihan itupun lalu masuk sebagai kas KWT Gawe Asri,” ujarnya.

Berbagai masalah juga pernah menyertai perjalanan KWT yang berada dipinggiran kota Semarang ini. Pada tahun 2015 kawasan ini pernah dilanda angin putting beliung yang meluluh lantakkan pertanaman anggrek disana.

Umi Klasum mengatakan kerugian yang dideritanya tak kurang dari Rp 50 juta. Kerugian  juga dialami oleh anggota-anggota  lain, atap naungan terbang, tanaman berhamburan, terkena air hujan dan tak terselamatkan.

Masalah berat menyusul kemudian adalah pandemi Covid-19 yang mendera selama hampir 2 tahun.  Roda bisnis anggrek berhenti total. Kegiatan KWT juga terhenti dengan sendirinya.

Dengan berlalunya pandemi Covid-19, keadaan sedikit demi sedikit pulih kembali. Walaupun belum seperti dulu, setidaknya pasar anggrek telah ikut menggeliat. Beberapa pameran telah diikuti. Demikian pula pasar tani dan pasar pagi mingguan telah diselenggarakan lagi. Mereka dapat membuka lapak disana.

Pada saat ini pemulihan masih bersifat perorangan. Para anggota menekuni nurseri masing-masing. Lingkunga juga di rapikan sehingga enak dipandang dan nyaman dihuni. Berharap  koleksi tanaman dan bibit anggrek mereka akan dilirik kembali oleh para pembeli.

Reporter : Djoko W
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018