Dalam upaya memajukan sektor pertanian yang berkelanjutan, Indonesia tampil memukau di JIRCAS 2024 dengan memperkenalkan inovasi terkini dalam peningkatan produksi padi dan pemanfaatan biomassa.
TABLOIDSINARTANI.COM, Nara -- Dalam upaya memajukan sektor pertanian yang berkelanjutan, Indonesia tampil memukau di JIRCAS 2024 dengan memperkenalkan inovasi terkini dalam peningkatan produksi padi dan pemanfaatan biomassa.
Peningkatan produktivitas padi jadi topik hangat dalam The Fifth Meeting of International Scientific Advisory Board for Strategy "MIDORI" yang berlangsung di Nara, Jepang, pada 3-4 Oktober 2024. Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Fadjry Djufry, hadir sebagai perwakilan Indonesia dalam pertemuan penting ini.
MIDORI adalah strategi untuk sistem pangan berkelanjutan yang dikembangkan oleh JIRCAS, bertujuan untuk meningkatkan potensi produksi di wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur.
Sebagai salah satu anggota dewan penasehat, Fadjry mengungkapkan pentingnya mendalami perbandingan antara budidaya ratun padi dan penggunaan varietas padi berumur genjah.
Dia menjelaskan bahwa kedua pendekatan ini bisa sama-sama meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).
Pernyataan ini sejalan dengan program yang digalakkan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang menargetkan peningkatan IP untuk mendorong produktivitas padi nasional.
“Kita bisa menggunakan strategi pemuliaan varietas padi perennial untuk ratun padi, dan juga varietas padi umur genjah,” jelas Fadjry dalam keterangan tertulisnya.
Diskusi seru dihadiri oleh tujuh anggota dewan penasehat dari berbagai negara dan organisasi internasional.
Fadjry juga menyoroti pentingnya pengelolaan pengairan dengan metode Alternate Wetting and Drying (AWD) serta pengendalian penyakit blas pada padi.
Dengan pengelolaan yang baik, potensi peningkatan produksi padi bisa semakin besar.
“BSIP punya Balai Besar Pengujian Standar Padi yang menyimpan koleksi isolat patogen blas, bisa jadi referensi untuk penelitian lebih dalam jika diperlukan,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada produksi, Fadjry juga membagikan info menarik soal minat yang meningkat terhadap pemanfaatan biomassa untuk co-firing, yaitu pencampuran biomassa dengan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik, terutama di daerah yang tanahnya kurang subur.
“Kementerian Pertanian sudah menandatangani nota kesepahaman dengan PT. PLN untuk kerjasama pemanfaatan biomassa ini,” ujarnya.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, sebelumnya juga menegaskan bahwa Kementerian Pertanian siap berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan.
“Kita akan perluas kegiatan ini ke seluruh Indonesia lewat 46 pembangkit PLTU yang ada, untuk mendukung pertanian terpadu dan ekonomi kerakyatan,” tegas Wamentan saat penandatanganan nota kesepahaman pada bulan lalu.
Dalam pertemuan rutin yang diadakan dua kali setahun ini, Fadjry juga mengangkat isu pertanian digital.
Ia melihat bahwa petani di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, memerlukan dua hal utama: panduan praktik pertanian yang baik dan konektivitas antara petani dan pasar.
“Akses petani terhadap aplikasi digital sangat dipengaruhi oleh usia dan latar belakang pendidikan, jadi penting untuk memperkuat peran penyuluhan pertanian sebagai pendorong literasi dan pemanfaatan teknologi digital di kalangan petani,” jelasnya.
Fadjry menambahkan bahwa tugas dan fungsi BSIP sejalan dengan semangat meningkatkan konektivitas dan kerja sama sektoral, yang menjadi kunci untuk menciptakan perekonomian ASEAN yang lebih terintegrasi dan efisien sesuai AEC Blueprint 2025.
“Saya mendukung inisiatif harmonisasi standar dan peraturan, serta peningkatan kapasitas dalam rencana strategis ASEAN,” tutupnya.