Banjir di Beberapa Lokasi Jawa Tengah
TABLOIDSINARTANI.COM, Jawa Tengah --- Cuaca ekstrem yang melanda Jawa Tengah dalam beberapa pekan terakhir telah menyebabkan berbagai bencana, termasuk banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah. Salah satu langkah utama yang diambil pemerintah untuk mengatasi dampak bencana ini adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., menegaskan bahwa operasi TMC menjadi solusi utama dalam upaya menekan intensitas hujan.
“Segala upaya telah dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, termasuk operasi TMC yang telah dilakukan beberapa kali dan kemungkinan akan dilanjutkan melihat prediksi BMKG,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Antisipasi Bencana Hidrometeorologi di Kantor Gubernur Jawa Tengah.
Salah satu daerah yang menjadi fokus operasi TMC adalah Kabupaten Grobogan dan Demak, yang terdampak parah akibat jebolnya tanggul Sungai Lusi dan Sungai Tuntang. BNPB dan Pemprov Jateng telah bekerja sama untuk menerapkan teknologi ini guna mengurangi intensitas hujan di wilayah tersebut.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, mengonfirmasi bahwa sejak 23 Januari 2025, operasi TMC telah dimulai di dua kabupaten tersebut dan direncanakan berlangsung hingga 25 Januari.
“Modifikasi cuaca bertujuan untuk mengurangi potensi curah hujan tinggi yang bisa memperparah kondisi banjir dan longsor,” katanya.
Selain menekan risiko banjir, TMC juga diharapkan dapat membantu menyelamatkan lahan pertanian yang terdampak genangan air.
Di Kabupaten Kudus, misalnya, sekitar 717 hektare tanaman padi terendam banjir. Dengan menurunkan curah hujan, peluang penyelamatan tanaman dapat meningkat.
“Tanaman padi yang masih terlihat daunnya masih bisa bertahan dan berfotosintesis. Kami berharap cuaca segera membaik setelah operasi modifikasi cuaca ini,” ujar seorang petani setempat.
Meskipun TMC menjadi solusi utama dalam menghadapi cuaca ekstrem, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengingatkan bahwa masyarakat tetap harus waspada terhadap dampak bencana.
“Prediksi kami menunjukkan curah hujan masih tinggi hingga pertengahan Februari, terutama di Pekalongan dan Batang bagian selatan. Oleh karena itu, meskipun ada modifikasi cuaca, kesiapsiagaan masyarakat sangat penting,” katanya.
Dengan ancaman cuaca ekstrem yang masih berlangsung, operasi modifikasi cuaca akan terus dipantau dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pemerintah berharap, melalui teknologi ini, dampak bencana dapat diminimalkan, sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan lebih aman dan nyaman.