Minggu, 18 Mei 2025


Ini Strategi Syngenta Ubah Wajah Pertanian Indonesia Lewat Kolaborasi dan Inovasi

23 Apr 2025, 14:50 WIBEditor : Gesha

Lewat kolaborasi lintas sektor, pelatihan massal, dan teknologi digital, Syngenta hadir bukan sekadar membantu petani.

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Lewat kolaborasi lintas sektor, pelatihan massal, dan teknologi digital, Syngenta hadir bukan sekadar membantu petani.

Di tengah tantangan krisis iklim, fluktuasi harga pangan, dan regenerasi petani yang tersendat, Syngenta hadir bukan hanya sebagai perusahaan agribisnis, tapi sebagai mitra yang berjalan bersama petani Indonesia.

Melalui serangkaian strategi berbasis kolaborasi dan inovasi, Syngenta menunjukkan bahwa perubahan dalam dunia pertanian bukanlah utopia.

Harlino, Sustainability and Responsible Business Executive mengungkapkan Syngenta Indonesia tak hanya beroperasi lewat pendekatan transaksional.

Komitmen mereka melebar hingga menjalin sinergi strategis dengan lembaga pemerintah, akademisi, dan komunitas petani.

Salah satu contohnya, pada tahun 2021, Syngenta terlibat dalam program Close Loop Hortikultura yang diinisiasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan dilaksanakan di Jawa Barat.

Program ini merangkai ekosistem pertanian dari hulu ke hilir, dari penyediaan modal dan sarana produksi, hingga akses pasar.

Yang membuatnya istimewa, penyuluh pertanian setempat didorong sebagai motor utama, mengawal peningkatan kapasitas petani, memperluas literasi pasar, dan tentu saja, menumbuhkan produktivitas yang lestari.

Di balik angka dan strategi, ada wajah-wajah yang kini percaya bahwa pertanian bisa jadi masa depan, bukan sekadar masa lalu.

Tak berhenti sampai di sana, Syngenta juga menunjukkan kepeduliannya terhadap aspek yang sering luput, keselamatan kerja petani.

Lewat kemitraan bersama BPJS Ketenagakerjaan, Program Perlindungan Petani digulirkan. Inisiatif ini bukan hanya memberi perlindungan formalitas, tetapi sebuah investasi jangka panjang agar petani bisa bekerja dengan rasa aman.

Sudah lebih dari 400 petani terlindungi, dan jumlah itu terus bertambah. Karena panen yang sesungguhnya tak selalu datang dari sawah, tapi dari kepastian yang bisa diandalkan.

Di balik pupuk dan pestisida, Syngenta tak menutup mata terhadap pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Praktik pertanian regeneratif mulai didorong, dengan menempatkan alam bukan sebagai objek eksploitasi, melainkan mitra yang perlu diajak bicara.

Serangga penyerbuk seperti lebah dan kupu-kupu yang dulunya dianggap hama, kini dilihat sebagai penjaga tak kasatmata yang memastikan bunga menjadi buah.

Dalam kolaborasi dengan IPB, UNPAD, UB, dan Perhimpunan Entomologi Indonesia, Syngenta turun langsung mengedukasi petani, menyelenggarakan pelatihan, seminar, hingga menata ulang lanskap pertanian agar lebih ramah penyerbuk.

Edukasi

Komitmen terhadap edukasi juga diwujudkan dalam bentuk nyata melalui pendirian Learning Development Center di 24 titik strategis di Indonesia.

Fasilitas ini menjadi ruang belajar yang hidup bagi para petani, bukan hanya dalam memahami teknologi pertanian, tetapi juga untuk mengasah kemampuan digital, manajemen usaha tani, hingga akses informasi pasar dan prediksi cuaca.

Lebih dari 17.000 petani dari berbagai wilayah datang setiap tahun untuk belajar dan saling berbagi pengalaman.

Tak hanya petani individu, tapi juga kelompok tani, penyuluh pertanian, bahkan masyarakat umum yang ingin memahami lebih dalam soal pertanian masa kini.

Di tempat ini, ilmu bukan diturunkan dari atas ke bawah, tapi lahir dari dialog, percobaan, dan kolaborasi.

Dari proses panjang itu, lahirlah Komunitas 10 Ton, sekelompok petani yang mampu mencetak produktivitas lebih dari 10 ton per hektar.

Kini, komunitas ini berkembang menjadi jaringan yang kuat, terdiri dari lebih dari 8000 anggota dan 400 komunitas lokal.

Mereka bukan hanya saling berbagi praktik terbaik, tetapi juga saling menyemangati, mendorong satu sama lain untuk tumbuh bersama.

Peran penyuluh di sini sangat sentral, menjadi jembatan antara inovasi dan kondisi lokal. Komunitas ini jadi bukti bahwa jika petani berjalan bersama, didampingi dengan ilmu yang tepat, maka batas-batas produktivitas bisa dilampaui.

Transformasi juga terjadi di ranah digital. Syngenta menghadirkan Cropwise Grower, aplikasi pintar yang membantu petani dalam merencanakan aktivitas tanam, memantau cuaca, mengenali hama, hingga mendapatkan rekomendasi langsung dari tim ahli untuk perlindungan tanaman.

Aplikasi ini mendukung berbagai komoditas, mulai dari padi, jagung, sayuran, hingga buah-buahan. Semuanya dirancang agar mudah digunakan dan relevan dengan kondisi lapangan. Teknologi ini bukan sekadar alat bantu, tapi menjadi teman yang selalu hadir di genggaman petani.

Sebagai pelengkap dari berbagai upaya ini, Syngenta juga tengah menyiapkan buku panduan budidaya padi yang praktis, aplikatif, dan dirancang khusus untuk menjadi referensi lapangan bagi petani dan penyuluh.

Buku ini diharapkan bisa menjawab tantangan produktivitas dan memperkuat peran penyuluh sebagai garda terdepan transformasi pertanian.

Setiap langkah yang diambil Syngenta bukan gerakan parsial yang berdiri sendiri. Semuanya terhubung dalam satu benang merah: membangun pertanian Indonesia yang lebih kuat melalui kolaborasi dan inovasi.

Reporter : Nattasya
Sumber : Syngenta
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018