Minggu, 23 Maret 2025


Dollar Vs Rupiah Tetap di Rp15.600, Plt Mentan Khawatir Inflasi karena Pangan Impor

10 Okt 2023, 15:18 WIBEditor : Gesha

Kedelai menjadi salah satu komoditas pangan yang masih impor hingga sekarang

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Plt Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa memberikan tekanan serius pada sektor pangan, terutama pada barang impor. Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah meningkatnya tingkat inflasi, yang bisa merugikan masyarakat luas.

"Hari ini, nilai tukar mencapai Rp 15.600 per dolar AS, dan ini adalah nilai tukar mata uang. Jika nilai tukarnya terus berada di atas Rp 15.700, maka secara otomatis akan berdampak pada impor produk-produk strategis kita, yang kemudian akan menyebabkan kenaikan harga dan meningkatnya tingkat inflasi," ungkap Arief.

Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan bahwa mereka telah menghubungi Deputi Gubernur Bank Indonesia untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke depan. "Saya sudah berkomunikasi dengan Deputi Gubernur BI, dan kami berusaha untuk memahami bagaimana kondisi nilai tukar rupiah ini akan berlangsung hingga akhir tahun," ujarnya.

Dalam menghadapi situasi ini, lanjutnya, salah satu solusi yang mungkin dapat diambil adalah melalui praktek hedging atau mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko pergerakan harga bersama pihak swasta.

"Oleh karena itu, salah satu solusi yang mungkin bisa kami lakukan adalah dengan bekerja sama dengan sektor swasta untuk menerapkan strategi hedging dan langkah-langkah lainnya. Kami sudah mengajak pihak swasta untuk melakukan langkah-langkah antisipatif ini. Jadi, ketika kita sudah mengetahui bahwa The Fed di AS berencana untuk meningkatkan suku bunga sebesar 20-25 basis poin hingga akhir tahun, kita sudah memiliki antisipasi. Meskipun ini lebih berada dalam ranah bisnis, tetapi kami juga telah menyampaikan hal ini kepada para importir," jelasnya.

Pelemahan kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor, termasuk industri farmasi, makanan-minuman, tekstil, dan petrokimia. Menurut Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, sektor-sektor yang mengandalkan bahan baku impor, seperti makanan dan minuman (seperti gandum, gula, dan kedelai), farmasi, elektronik, barang elektrikal, serta tekstil, diprediksi akan terdampak secara signifikan.

Josua juga menyoroti dampak pelemahan rupiah pada inflasi pangan, yang dapat terus meningkat jika pemerintah terus mendorong impor pangan strategis. "Ini akan merugikan daya beli masyarakat dan menurunkan tingkat konsumsi," katanya.

Sementara itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi pangan pada September 2023 telah mencapai 3,62 persen year-on-year, naik dari 2,42 persen pada Agustus 2023. Meskipun angka ini lebih rendah dari tingkat inflasi pangan pada Februari 2023, yaitu 7,62 persen year-on-year, namun masih menimbulkan kekhawatiran.

"Semua ini pasti akan berdampak negatif pada daya beli dan permintaan masyarakat. Selain itu, kenaikan harga impor minyak juga akan meningkatkan harga bahan bakar non-subsidi, yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli dan permintaan masyarakat," tegas Josua. Situasi ini menciptakan tantangan ekonomi yang serius dan memerlukan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas ekonomi negara.

Reporter : NATTASYA
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018