TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Penyakit mulut dan kuku (PMK) masih berlangsung di beberapa daerah di 24 Provinsi di Indonesia. Begitu Indonesia terserang PMK pada bulan April 2022, pemerintah menyatakan keadaan wabah atau darurat sehingga respon utama diarahkan pada pengendalian penyakit yang cepat, fokus ke zona tertular, dan pemberantasan dalam waktu secepat mungkin untuk menghindari penyebaran penyakit PMK.
Upaya pengendalian penyakit ini pada gilirannya adalah akan merubah ke status bukan wabah dan berakhir Indonesia bebas kembali dari penyakit PMK.
Kegiatan terpenting dalam pengendalian penyakit PMK memantau perkembangan penyakitnya. Cara memantau termudah penyakit ini dengan melihat tanda-tanda penyakit. Lalu diikuti test meneguhkan diagnosa dengan test di laboratorium.
Dan diantara dua cara tersebut perlu terobosan test diagnosa secara cepat dan mudah di lapangan atau di peternakan tempat hewan sakit.
Cara Memastikan Hewan Terkena PMK
Caranya, kita melihat tanda-tanda penyakit yang timbul yaitu lepuh-lepuh pada sekitar mulut dan kuku kakinya. Namun pada kasus pertama kali disuatu wilayah yang sebelumnya bebas, kita perlu mengonfirmasi dengan pengujian sampel di laboratorium rujukan diagnosa PMK.
Labolatorium rujukan di Indonesia adalah Pusat Veteriner Farma (Pusvetma). Sebelum terjadinya wabah Pusvetma setiap tahun selalu melakukan surveilans dan memantau peternakan sapi di sejumlah kabupaten/kota yang berisiko terhadap serangan PMK dari luar negeri.
Caranya dengan menguji sampel serum sapi untuk mendeteksi adanya antibodi PMK menggunakan metode ELISA protein non-struktural (non-structural protein / NSP). Namun sekarang setelah terjadinya wabah PMK, petugas lapangan perlu mendiagnosa secara cepat dan akurat untuk mengendalikan virus yang mudah menular ini.
Hasil diagnosa yang cepat ini akan menjadi dasar yang kuat pemangku kepentingan melakukan respons cepat sehingga virus tidak menyebar ke tempat lain yang masih bebas.
Pentingnya Diagnosa Depat dan Akurat
PMK menyebar sangat cepat sehingga diperlukan keputusan untuk merespon dengan cepat ketika diketahui terdapat wabah di suatu daerah, sedangkan waktu untuk menerima sampel rata-rata lebih dari 24 jam. Maka dari itu penting untuk mempersingkat rentang waktu pengambilan sampel dan hasil uji, sehingga indikasi awal dugaan kasus dapat diketahui tepat waktu. Caranya dengan mendiagnosa secara cepat di tempat kandang ternak dugaan wabah PMK. Metodenya dapat membedakan 7 serotipe PMK yang ada di dunia yaitu serotipe O, A, C, Asia 1, SAT 1, SAT 2 dan SAT 3.
Metoda ini lebih baik dibandingkan diagnosa yang hanya mengandalkan tanda-tanda klinis saja. Terkadang gejala penyakit PMK mirip dengan beberapa penyakit lain. Interpretasi cepat hasil uji lapang yang cermat dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik wabah dan memantau masuknya serotipe baru. Namun, pada kasus pertama tipe baru PMK ditemukan di suatu daerah perlu dikonfirmasi oleh labolatorium rujukan nasional.
Deteksi hewan yang terinfeksi di antara hewan yang divaksinasi
Deteksi hewan yang terinfeksi di antara hewan yang divaksinasi penting untuk pelaksanaan program pengendalian yang tepat. ELISA berbasis NSP sekarang dianggap sebagai metode yang paling sensitif untuk deteksi hewan terinfeksi pada populasi yang divaksinasi. Kit ELISA tidak langsung menggunakan protein non-struktural virus PMK (3AB3, 2C, 3D dan 3ABC) dan ELISA kompetitif menggunakan protein rekombinan 3ABC. Monitoring kemungkinan kejadian serotipe PMK baru yang berbeda dengan sebelumnya perlu melakukan pengambilan sampel dari lapangan lebih banyak.
Test diagnosa PMK secara cepat dan mudah
PMK menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan di negara-negara yang terserang PMK sehingga mendiagnosa di lapangan secara cepat dan akurat akan membantu surveilans PMK dalam pengendalian wabah. Di era digital saat ini, RT-PCR dan RT-LAMP berkembang menuju versi seluler, yang bertujuan untuk mendiagnosa virus PMK di tempat kandang hewan sakit. Namun metode ini memerlukan alat khusus dan masih memerlukan SDM dengan skil khusus dalam mengoperasikannya.
Tuntutan pada saat ini, identifikasi cepat serotipe virus PMK sangat diperlukan dalam mencocokan vaksin yang tepat. Menurut Chuan Loo Wong dkk (2020) selain RT-PCR dan RT-LAMP, test diagnosa lain yang dirancang khusus untuk mendiagnosa di lapangan berbasis test strip imunokromatografi (lateral flow immunochromatographic / LFI).
Test strip LFI ini dapat menjadi test identifikasi serotipe virus PMK cepat yang dirancang khusus untuk mendiagnosa di tempat perawatan hewan sakit di peternakan. Test strip LFI ini juga dapat digunakan untuk menyaring sampel dari lapangan dengan cepat sebelum dilanjutkan test konfirmasi akhir di laboratorium.
Test strip LFI memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode diagnostik lainnya, proses kerjanya tidak memerlukan bantuan perangkat tambahan sehingga menurunkan biaya per pengujian. Selain itu, test diagnostik di tempat hewan sakit ini dapat dengan mudah dilakukan oleh personel yang tidak terlatih termasuk peternak, dan hasilnya dapat diperoleh dalam beberapa menit.
Skrining rutin dengan perangkat uji strip ini telah diketahui sebagai perangkat mendiagnosa yang cepat dan ekonomis untuk menentukan kajadian infeksi virus di negara-negara di mana tingkat kemunculan virus PMK tinggi dengan sumber daya yang terbatas. Kebijakan penggunaan uji strip ini perlu dipertimbangkan dan ditetapkan oleh pejabat otoritas veteriner nasional.