TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) telah giat melakukan sosialisasi konsep pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Melalui berbagai acara, mulai dari penyuluhan bahan pangan alternatif non-beras untuk konsumen hingga pengenalan kepada anak-anak sekolah, upaya ini meraih respons positif yang luar biasa. Dari kegiatan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa minat masyarakat terhadap bahan pangan non-beras ternyata sangat besar.
Penanganan masalah pangan nasional dilakukan dari berbagai aspek. Tidak hanya ketersediaan tetapi juga keterjangkauan, kecukupan gizi, keberagaman, keamanan dan keseimbangan antara jenis-jenis pangan yang diperlukan. Kedaulatan pangan, itulah yang digaungkan oleh pihak pembuat kebijakan sehingga memberi manfaat terbesar bagi produsen maupun konsumen.
Upaya yang dilakukan Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) dalam sosialisasi pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman) cukup intensif. Dalam berbagai acara sosialisasi bahan pangan alternatif non beras kepada konsumen dan pengenalan kepada anak-anak sekolah, upaya ini mendapat antusiasme yang tinggi. Satu pelajaran dapat ditarik bahwa minat masyarakat terhadap bahan pangan non beras ini sebenarnya cukup tinggi.
Program diversifikasi pangan ini sudah cukup lama digaungkan tetapi ketersediaan bahan pangan non beras siap olah masih minim, dan kalau pun ada harganya masih belum terjangkau masyarakat pada umumnya. Beras sagu, beras jagung, beras singkong atau beras sorgum yang siap olah itu harganya masih tinggi, bisa mencapai dua atau tiga kali harga beras. Bahkan menjadi semacam makan eksklusif. Beras analog yang dihasilkan para pakar masih pada tataran peredaran terbatas kalau tidak dikatakan dalam tahap penelitian atau laboratorium.
Konsumen bahan pangan non beras yang sudah diproses dengan baik sehingga mudah dimasak dan disajikan masih berada di sekitar golongan ekonomi menengah ke atas yang membutuhkan gizi tertentu seperti rendah kalori, tinggi serat, rendah kadar gula atau rendah GI (Glycaemic Index).
Kita perlu gebrakan nyata. Pangan alternatif non beras itu harus ada di pasar dan terjangkau. Pada tahap awal hal ini perlu modal besar dan kalau perlu subsidi harga. Sosialisasi memang tidak murah, dan agar efektif harus disertai dengan ketersediaan di pasar.
Upaya meningkatkan produksi pangan sudah luar biasa. Hampir setiap jengkal lahan yang berpotensi untuk meningkatkan produksi pangan nasional menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Lahan kering di dataran tinggi, lahan rawa, pasang surut dan lebak adalah raksasa tidur yang bisa menjadi sumber bagi peningkatan produksi pangan nasional. Hal ini pula yang menjadi perhatian dan program Menteri Pertanian Amran Sulaiman.