Sabtu, 19 April 2025


Rully Nikmati Manisnya Bisnis Telor Asin

19 Peb 2022, 10:22 WIBEditor : Yulianto

Rully Lesmana saat di kandang bebek

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Bisnis telur asin ternyata manis juga. Bukan hanya masyarakat dalam negeri yang menyukai telur olahan bebek tersebut, di luar negeri permintaannya juga menggiurkan. Peluang inilah yang ditangkap Rully Lesmana, pemilik UD Surya Abadi.

Rully memang bukan orang yang mengawali usaha di bidang peternakan, khususnya bebek (itik). Bermula hanya coba-coba untuk mengolah telur asin, kemudian mulai melirik pasar ekspor. Akhirnya kini ia mempunyai peternak itik sendiri yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

“Saya beternak secara otodidak, sebenarnya dari galau,” katanya saat Werbinar Melirik Bisnis Ternak Bebek dan Produk Olahannya yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (16/2).

Rully bercerita, untuk mengekspor telur asin bukan persoalan mudah. Sebab, produknya tersebut harus dikarantina dulu kemudian diuji. Nah, jika tidak lolos uji, maka akibatnya fatal akan dimusnahkan. “Saya pernah mengalami 60 ribu butir telur dibakar karena mengandung koksiota,” tuturnya.

Saat itu telur asin yang diekspor berasal dari peternak. Namun dari pengalaman itu, Rully kemudian mulai berpikir untuk memiliki ternak itik sendiri. Apalagi pasar pasar menuntut kualitas terbaik. “Karena itu mau tidak mau saya juga harus kuasa bidang peternakan. Sekarang ini saya masih belajar juga untuk menjadi peternak,” katanya.

Diakui, beternak itik tidak mudah, terutama saat dirinya harus mencari lahan. Setelah menjajaki beberapa lokasi, termasuk di Karawang yang menjadi tempat usahanya, akhirnya Rully menemukan tempat di Subang, Jawa Barat.

“Saya sudah berjalan 4 tahun, walaupun kejedot, walaupun jatuh ada gagalnya juga saya belajar. Saya pertama kali itu beternak dengan itik Alabio,” ujarnya. Kemudian, lanjut Rully, dirinya beternak bebek master yang hasilnya kini sampai 90 persen lebih saat puncak produksi. Namun diakui, mencari bibit bebek Master masih sulit.

Ekspor Telur Asin

Rully mengatakan, telur asin, rupanya diminati pasar internasional. Terbukti dengan adanya permintaan telur asin ke sejumlah negara seperti Singapura, Hongkong, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Australia dan Uni Emirat Arab.

“Telur bebek kebanyakan dipakai untuk telur asin, banyak permintaan dari luar negeri seperti Amerika sudah ada permintaan 2,5 juta butir pertahun. Dari Dubai juga sudah ada permintaan, ada juga dari Jepang dan Australia,” ungkapnya.

Menurut Rully, pasar ekspor masih cukup luas. Bahkan ada salah satu grup usaha restoran dari Singapura yang meminta telur asin hitam. Di Indonesia belum banyak telur asin hitam, apalagi bersertifikat halal. Saat ini ada telur asin hitam dari Tiongkok, tapi belum terjamin kehalalannya. “Sudah ada permintaan dari negara tersebut, mereka kontrak ke kita. Ini juga peluang untuk pasar domestik,” tambahnya.

Untuk memenuhi permintaan dari luar negeri, Rully menegaskan, dirinya sangat mementingkan kualitas dan mutu yang terbaik. Di Indonesia menurutnya, kebanyakan telur bebek diolah disuntik menjadi telur asin. Bahkan banyak yang membuat telur asin asal-asalan, tidak diperhatikan air dan garamnya. “Telurnya dari mana saja, saya beberapa kali uji lab telur tersebut ternyata pernah ada residu antibiotik,” ujarnya.

Untuk menjaga kualitas rasa, Rully pun mengatur pola peternakan hingga memastikan proses pengolahan terbaik. Ia juga membuat standarisasi dalam pengelolaan agar menghasilkan telur asin yang berkualitas dan memudahkan mendapatkan legalitas baik dalam bentuk Nomor Kontrol Veteriner (NKV) maupun sertifikat halal dari MUI.

“Standarisasi itu membuat proses produksi tertata dengan baik mulai dari awal penerimaan barang, proses produksi, pengemasan bahkan sampai pada pencatatan produk akhir,” katanya. Bahkan dalam membuat telur asin, penggunaan air, garam dan abunya sesuai standar internasional. “Kami usahakan semuanya 100 persen Indonesia, bahkan hingga pakannya," tambahnya.

Rully mengaku keberhasilan menembus pasar internasional bukanlah proses instan. Ia melakukan berbagai macam inovasi agar menghasilkan telur asin yang nikmat serta berkualitas. “Saya pernah mencampurkan penyedap rasa saat mengeramkan telur asin, namun hasilnya malah tidak karuan,” ujarnya.

Peraih Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2010 ini mengaku harus pintar-pintar menyusun strategi pemasaran agar bisa dilirik importir. 

Reporter : Echa
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018