TABLOIDSINARTANI.COM,, Temanggung --- Rawa Gembongan yang awalnya hanya rawa biasa, kini berubah menjadi sebuah destinasi wisata. Badan Usaha Milik Desa Tegowanuh inilah yang sukses menyulap Rawa Gembongan menjadi tempat indah dan tidak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan.
Terletak di Gandulan, Desa Tegowanuh, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Rawa Gembongan memang mejadi salah satu tempat wiasata pilihan beberapa tahun belakangan.
Mengunjungi tempat wisata yang satu ini masih serasa mampir di tempat saudara yang tinggal didesa. Suasana alam yang masih asli, tiket masuk yang hanya Rp 3.000,- jajanan yang murah meriah. Pengunjung boleh duduk-duduk di bawah payung cilok didepan warung atau pinjam tikar gratis asal jajan dari warungnya. Hawa komersial belum terasa kental.
Tempat ini menawarkan sebuah danau kecil dengan tepian berupa hamparan rumput hijau yang cukup luas.Tepian disisi timur nyaman sebagai tempat bermain anak dan bersantai, lengkap dengan deretan warung UMKM. Sedang disisi barat di siapkan sebagai camping ground yang muat untuk ratusan peserta.
Moh Khoirun, ketua BUMDes Desa Tegalwanuh, bercerita upaya pengembangan wisata ini : “ Tantangan awal yang harus kami atasi adalah pembangunan fisik, akses jalan masuk dan sarana fisik seperti kios-kios, MCK serta sarana wisata” ungkapnya.
Lebih lanjut Mas Irun, demikian panggilan akrab ketua BUMDes yang sehari-hari bekerja di Satpol PP Kab Temanggung, mengatakan bahwa, pertama sekali dana yang diperoleh BUMDes adalah , bantuan dari pemerintah desa. Dana tersebut dianggarkan pada kegiatan pengembangan wisata desa yang bersumber dari APBN dana desa.
“ Dana tersebut kami gunakan untuk pembebasan lahan “ganti untung” kepada warga, dan pembangunan jalan masuk serta parkir kendaraan.” kata Mas Irun
“ Selanjutnya secara bertahap kami membangun kios-kios untuk UMKM sebanyak 20 unit, MCK dan sarana air bersih, pengadaan perahu dan kereta air. Untuk keperluan tersebut kami mendapat pinjaman dari bank. Sampai sekarang sudah tiga kali mendapat pinjaman yang selalu kami lunasi tepat waktu” ujarnya.
“Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur, pengunjung dapat mencapai 800 - 1000 orang, pada hari biasa sekitar separonya” kata Munakir, petugas penjual tiket. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, ia bersama Zuhri dan Dini masih sibuk melayani penjualan tiket masuk. Mereka melayani penjualan tiket setiap hari, mulai jam 7.oo pagi sampai jam 18.00 sore. Pengunjung tidak dibatasi waktu. Dari pagi sampai sore boleh, Bahkan kira-kira, kalau mau, bermalam pun boleh.
Tentang murahnya tiket masuk mas Irun mengatakan : “Kami memang sengaja membuka tempat wisata ini agar dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat luas. Dengan pengunjung yang banyak maka warga kami yang berjualan di dalam tentu akan lebih laris, maka roda perekonomian desa dapat lebih berputar” katanya menjelaskan.
Irun juga mengatakan bahwa pihaknya sudah didekati oleh beberapa investor untuk mengembangkan wisata alam ini. “ Kami menolak, sementara ini biarlah kami berkembang pelan-pelan saja, sesuai kekuatan sambil mengembangkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam lokal yang pantas sebagai desa wisata” jelas Khoirun.
Sore itu, dipenghujung akhir bulan Mei 2024, diantara para pengunjung nampak sebuah kelompok komunitas sosial spiritual yang datang dari Ungaran. Mereka asyik bercengkerama menikmati cuaca cerah di pinggir rawa. “ Kami sangat senang dapat menemukan tempat untuk healing bersama disini, keluar dari hiruk pikuk keseharian, gembira, melepas penat tanpa menguras kantong” kata Edwin Wino ketua rombongan.
Tempat wisata desa “Rawa Gembongan” ini mempekerjakan 12 orang tenaga tetap dan sekitar 20 orang tenaga freelance, atau pekerja lepas. Ditambah para warga yang berjualan di kios-kios, obyek wisata ini telah berhasil menyerap ratusan tenaga kerja warga setempat.
Ide kreatif dari kalangan muda dan tokoh masyarakat desa untuk memberdadayakan potensi wisata lokal pada saat ini tumbuh berkembang pesat. Obyek wisata bermunculan bak jamur dimusim hujan. Keindahan alam, sungai, jeram, pantai dikembangkan hingga menjadi sebuah industri wisata yang mendatangkan banyak manfaat. Namun agaknya para “pengembang” ini harus hati-hati, waspada dan selalu belajar. Sebab diantara banyak cerita sukses, tidak sedikit diantara mereka yang layu sebelum berkembang.