Kamis, 20 Maret 2025


Berdayakan Ekonomi Pesisir, PCM Kawunganten Gandeng Pembudidaya Kepiting Bakau

18 Peb 2025, 10:46 WIBEditor : Herman

Pembudidaya Kepiting Bakau

TABLOIDSINARTANI.COM, CILACAP – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kawunganten Cilacap terus berusaha memberdayakan masyarakat sekaligus mendukung dakwah. Salah satunya dengan melakukan kerjasama pembudidaya pembesaran kepiting bakau yang memiliki prospek menjanjikan.

Salah satunyta adalah Salsono, seorang pembudidaya dari Desa Babakan, Kawunganten, Cilacap. ia kini telah mengembangkan usaha tersebut dengan jumlah kepiting yang dibudidayakan mencapai 1.700 ekor.

Budidaya kepiting bakau dimulai dengan membeli bibit kepiting kecil atau kroyo dari nelayan tangkap. Untuk satu kilogram berisi 10 ekor kepiting, harganya sekitar Rp 45.000 ditambah ongkos kirim Rp 50.000. Dengan modal sekitar Rp 500.000, petani bisa mendapatkan 100 ekor bibit kepiting.

Sebagai tempat pembesaran, Salsono menggunakan galon bekas air mineral ukuran 16 liter yang dibeli seharga Rp 3.000 per buah. Seratus galon membutuhkan biaya Rp 300.000, ditambah ongkos kirim Rp 50.000.

“Untuk peralatan saya menggunakan bambu dalam membuat rakit galon, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 200.000, dengan tambahan tenaga kerja pembuatan sebesar Rp 300.000” ungkapnya..

Galon-galon ini dilubangi di bagian bawah untuk sirkulasi air serta disayat pada sisi samping untuk memudahkan memasukkan dan mengeluarkan kepiting. Bagian atas galon juga diberi lubang untuk memasukkan pakan.

“Rakitan galon ini kemudian ditempatkan di tambak ikan nila untuk mendukung pertumbuhan kepiting secara alami” ungkapnya.

Dijelaskan Salsono, pakan kepiting diberikan setiap tiga hari sekali, biasanya berupa ikan pelus yang harganya lebih murah. “Keong dan yuyu juga sering saya gunakan sebagai alternatif makanan” tambahnya.

Proses pemeliharaan berlangsung sekitar tiga bulan hingga kepiting mencapai ukuran besar, sekitar 3 ons per ekor.

Kepiting bakau memiliki pasar yang cukup menjanjikan. Harga jualnya bervariasi tergantung ukuran, mulai dari Rp 80.000 per kilogram (isi 5 ekor), Rp 100.000 (isi 4 ekor), Rp 150.000 (isi 3 ekor), hingga Rp 180.000 (isi 2 ekor).

Sejak memulai usaha tiga bulan lalu, Salsono telah dua kali panen, termasuk menjelang Tahun Baru Imlek 2025, dengan total hasil mencapai 50 kilogram.

Harga kepiting bakau di pasaran pun cukup stabil, meski stok bibit kepiting kecil terkadang sulit didapat dalam jumlah besar.

Ketua Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Cilacap, Suraswanto Gondo Suhardjo, menyatakan pihaknya akan membantu mengatasi kendala bibit dengan membudidayakan induk betina kepiting bakau yang bertelur. Dengan begitu, diharapkan ketersediaan anakan kepiting bisa mencukupi kebutuhan budidaya dalam jumlah lebih besar.

“Kami akan mencoba menetaskan telur kepiting bakau dan memeliharanya sejak anakan. Proses ini masih dalam tahap pembelajaran, tetapi kami optimistis bisa berhasil,” ungkapnya.

Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, budidaya kepiting bakau berpotensi menjadi peluang bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar.

Reporter : Wasis
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018