TABLOIDSINARTANI.COM, Minahasa -- Rasakan Kenikmatan Ramadhan dengan Kelezatan yang Menggoda: Sayuran Rica Rodo Khas Minahasa! Hangat, Pedas, dan Penuh Aroma yang Memikat. Nikmati setiap suapan yang menggugah selera di Bulan Penuh Berkah ini.
Sayur rica rodo, sebuah hidangan khas Minahasa, menawarkan cita rasa pedas yang khas dengan campuran bumbu rempah yang melimpah.
Terdiri dari terong ungu, kacang panjang potongan, jagung manis, daun melinjo, dan cabai rawit, hidangan ini tidak hanya lezat tapi juga mengandung banyak manfaat kesehatan.
Kacang panjang membantu menjaga kesehatan jantung, terong membantu menurunkan kolesterol, sementara jagung memberikan asupan asam folat, vitamin B12, dan zat besi yang membantu memperkuat tubuh, terutama setelah berbuka puasa.
Dirangkum dari Resep Kuliner Tradisional Minahasa, Sulawesi Utara, karya Yelly A Walansendow dan Joseph J.A.Turambi, Penerbit: Yayasan Serat Manado (Anggota IKAPI), 2021, halaman 45, Bahan dan bumbunya sederhana saja. Pastinya tidak bikin ribet atau repot.
Bahan-bahan untuk membuat resep ini mencakup jagung manis yang telah dipipil, terong yang dipotong, kacang panjang yang dipotong kecil, air, bawang merah iris, cabe rawit, daun kunyit, serai yang dimemarkan, daun jeruk yang tulangnya dilepas, kemangi, dan garam secukupnya.
Jika diinginkan, Anda juga bisa menambahkan ikan cakalang, ikan tuna, atau ikan teri sesuai selera.
Langkah pertama adalah merendam terong yang sudah dipotong dalam air garam, memotong kacang panjang, dan menyiapkan jagung pipil serta mencuci kemangi.
Selanjutnya, iris bawang merah, bawang putih, dan cabe. Geprek jahe, lengkuas, dan serai. Buang bagian tengah dari daun jeruk.
Tumis serai, daun jeruk, daun kunyit, jahe, dan lengkuas hingga harum. Tambahkan irisan bawang merah, bawang putih, dan cabe, tumis hingga layu.
Setelah itu, masukkan jagung, tumis sebentar, lalu tambahkan air dan jagung pipil. Masak hingga jagung matang.
Masukkan kacang panjang, terong, dan tomat, lalu masak hingga semua bahan matang. Setelah matang, tambahkan kemangi, aduk rata. Angkat dan sajikan.
Tradisi Rica
Rica-rica adalah jenis bumbu sangat pedas yang berasal dari cabai khas Minahasa, Sulawesi Utara. Secara harfiah, kata "rica" berarti cabai atau lombok, dan digunakan dalam masakan khas Manado yang kaya akan cabai.
Dalam budaya Minahasa, memiliki stok cabai yang cukup di rumah dianggap penting, sehingga rica menjadi salah satu bumbu utama dalam masakan suku Minahasa.
Bagi orang Minahasa, sebuah hidangan akan terasa kurang lengkap tanpa kehadiran rica. Bahkan, mereka merasa tidak puas jika tidak mengonsumsi rica. Ada kemungkinan bahwa istilah "rica" berasal dari bahasa Spanyol, yang berarti kaya.
Cabai atau rica memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi lokal, terutama ketika dicampur dengan rempah-rempah lain seperti cengkeh, pala, jahe, bawang merah, serai, kunyit, kemangi, dan daun jeruk.
Mengonsumsi hidangan pedas bagi orang Minahasa bukan hanya sekadar urusan memuaskan lapar, melainkan juga sebuah aktivitas yang melibatkan aspek budaya dan tradisi.
Semakin banyak cabai yang digunakan, semakin membuat orang ingin terus makan. Sensasi pedas dan panas tidak hanya memberikan rasa hangat pada tubuh, tetapi juga meningkatkan semangat. Penggunaan cabai dalam masakan Minahasa bertujuan untuk memperkuat cita rasa pedas dan aroma khasnya.
Rasa pedas dari cabai mampu mengurangi bau amis pada ikan atau menghilangkan aroma alami dari hewan buruan seperti kawok (tikus hutan ekor putih), ular piton, paniki (kelelawar), dan babi hutan.
Sebelum cabai diperkenalkan, jahe dan pala sering digunakan sebagai pengganti untuk memberikan rasa pedas pada masakan Minahasa.
Namun, penduduk Minahasa lebih menyukai sensasi pedas yang ditawarkan oleh cabai karena dianggap lebih enak dan nyaman bagi lidah dan pencernaan.
Di sekitar Danau Tondano dan dataran tinggi Minahasa yang beriklim dingin, cabai tumbuh subur dan menjadi favorit di kalangan penduduk setempat, terutama mereka yang tinggal di pegunungan yang juga memiliki iklim yang sejuk.
Sensasi panas yang dihasilkan oleh rica memberikan rasa hangat pada tubuh setelah menyantap hidangan pedas.
Tradisi mengonsumsi cabai pun menyebar hingga ke wilayah pesisir Manado dan Kema, Minahasa Utara, di mana pengaruh orang Spanyol juga turut memengaruhi budaya setempat. Dalam interaksi antara Spanyol dan penduduk Minahasa, makanan pedas sering disebut dengan istilah "pidis" dalam bahasa setempat.
Kehadiran cabai memberikan sensasi pedas dan panas yang menghangatkan tubuh. Bagi orang Minahasa, rasa pedas dari cabai dalam masakan memiliki makna filosofis sebagai simbol penerimaan terhadap hal-hal yang menantang dalam kehidupan.