Jumat, 19 April 2024


Buah Murah, Bukan Masalah

11 Peb 2019, 11:02 WIBEditor : Ahmad Soim

melon produksi petani

Soekam Parwadi - Direktur Paskomnas Indonesia

 

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--Kata buah, sangatlah baik. Ada “buah hati” hingga buah Durian. Namun bagi beberapa petani di Banyuwangi yang sedang panen raya Buah Naga, atau petani Sukabumi, Bogor, Lebak yang sedang panen Manggis, juga pedagang Semangka di pasar induk Surabaya, mungkin berbeda rasanya. Mungkin juga petani-petani Magelang, Boyolali atau daerah lain  yang sedang panen Rambutan, Semangka. Karena harga buah mereka rendah.

Ada ekspresi yang berbeda dari petani saat harga jual buahnya rendah. Ada yang menyebar produknya di jalan, ada yang membuang buah (tak layak)-nya ke sungai, sehingga membuat gaduh di media, itu merupakan tindakan ekspresif emosional yang tak terbendung.

Tetapi ada yang tetap senyum-senyum manis karena usahanya masih berjalan dengan baik. Apakah karena harga buah yang rendah itu petani menjadi rugi..?. Nanti dulu… sebab untuk dapat menentukan rugi atau tidak, perlu perhitungan-perhitungan.

Untuk beberapa kasus, para petani berbuat ekspresif dan cenderung mengeluh atau protes itu setelah didalami ada banyak cerita.

Misalnya, mengapa petani buah naga mengeluh saat harga jual dikebun mereka Rp 2.000/kg. Karena dulu pernah mengalami harga Rp15.000 hingga 20.000/kg. Bagi petani yang menggunakan teknologi lampu dan segala macam pupuk dan perangsang buah, harga itu tidak mampu menutup biaya, alias rugi.

Tetapi bagi Hadi, petani buah naga dari Banyuwangi selatan, yang menerapkan teknologi organic mengatakan dengan harga Rp2.000/kg sebenarnya petani tidak rugi, tetapi labanya kecil. Karena, dengan cara organic, biaya produksi lebih murah, jauh lebih murah, masih ditambah bonus – mutu buah lebih baik, katanya.

Jadi kalau harga dapat lebih dari Rp 10.000,- saja, petani bener-bener makmur. Itulah makanya, hampir semua sawah yang dulunya ditanami padi, sekarang telah berganti dengan buah naga.

Lalu rumah mereka mentereng, mobil-mobil baru banyak nongkrong di garasi petani di sekitarnya. Masalah harga suatu buah, pasti karena imbangan antara pasokan ke pasar dan besarnya permintaan konsumen.

Daya beli, kesukaan konsumen juga menjadi penyebab harga buah rendah. Yang jelas, harga rendah ini bukan permainan pelaku pasar seperti sering “dituduhkan” oleh beberapa pihak. 

Harga buah rendah karena pasokan melimpah. Tanaman buah di Indonesia, khususnya yang pembuahannya dipengaruhi musim, sangat beragam dengan musim panen hampir bersamaan.

Tanaman buah musiman akan berbuah setelah mengalami musim panas tegas 3 – 6 bulan. Akar tanaman akan berkembang pesat menjangkau unsur mineral yang diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah.

 

BACA JUGA

> Dapatkan Sparepart dan Pelayanan Alsintan di Aplikasi UPJA Smart Mobile

> Presiden Joko Widodo Bahas THL Penyuluh Pertanian di Istana Bogor

> Ditjen PSP Kementan Optimalkan Program LP2B di16 Provinsi

 

Musim ini hampir semua tanaman buah panen lebat karena tahun 2018 lalu kemaraunya cukup tajam dan agak panjang. Setelah Mangga habis di bulan Nopember, menyusul panen bersamaan Duku, Manggis, Rambutan, Jeruk Siem dan Durian pada bulan Januari hingga awal Maret nanti.

Para konsumen sebagian besar menikmati buah musiman yang saat ini melimpah dan murah. Buah yang selama ini ada sepanjang tahun seperti Semangka, Pepaya, Pisang untuk sementara  “ditingggalkan” konsumen.

Akibatnya buah ini harganya menjadi murah sekali. Begitu juga buah Naga, walau dapat berbuah sepanjang tahun, pembuahan massal juga dipengaruhi musim kemarau, sehingga pada Desember Januari ini ikut panen raya bersamaan Duku, Manggis dan lainnya.

Buah harga rendah atau murah ini mengapa menjadi masalah..?,  karena semua jenis buah itu sebagian besar dijual dalam bentuk segar. Penyebab lainnya adalah karena mutu buah yang kurang baik, sehingga pasarnya hanya terbatas di pasar domestic, tidak dapat dieksport.

Di dalam negeri saja, konsumen banyak yang sebenarnya kurang nyaman dengan mutu buah yang kurang baik itu.

Manggis, permintaan untuk eksport banyak, tetapi dari hasil panen yang ada, paling hanya 20 persen yang kualitasnya layak ekspor. Durian, pasar China sangat terbuka, namun durian kita 90% lebih dari jenis “liar” yang mutunya kurang baik. Kalau ada 1.000 buah durian yang dipanen dari satu kawasan, maka juga seribu jenis.

Jalan keluar pertama dari masalah rendahnya harga buah kita, karena panen bersamaan  itu adalah dengan pengolahan terhadap buah yang mutunya rendah. Teknologi sudah ada, pasar terbuka luas, baik pasar domestic maupun eksport. Jalan keluar kedua adalah dengan mengatur pembuahan di luar musim.

Untuk ini teknologinya juga sudah ada, sehingga tinggal dilakukan pemasyarakatan oleh para ahli yang tentu menjadi program pemerintah. Contoh pembuahan di luar musim telah banyak dilakukan di berbagai daerah untuk berbagai jenis buah, seperti Mangga, Klengkeng, Apel dan Buah Naga.

Pembuahan buah di luar musim ini juga sekaligus menghindari rendahnya mutu buah yang panen musiman dan jatuh dimusim hujan. Buah yang dipanen di musim hujan banyak diserang penyakit, kadar air tinggi, kadar gula rendah, tekstur buah lembek/berair sehingga rasa hambar.

Langkah lain adalah perbaikan mutu buah melalui pembangunan kawasan kebun buah unggul yang benar-benar dikawal dengan baik, mulai dari hulu hingga hilir. Program pengembangan kawasan Apel, Salak Nglumut, Mangga, Jeruk Siem hasilnya lumayan baik.

Tetapi jenis buah yang lain hingga saat ini sudah banyak bibit buah dibagi kepada masyarakat, tetapi pengawalannya dibudidaya kurang maksimal sehingga produksinya masih belum mampu mewarnai pasar.

Kawasan buah unggul itu dihilirnya harus dikelola dengan baik, sehingga tidak ada panen raya. Adanya panen teratur, sehingga tidak akan menyebabkan harga jatuh yang merugikan petani.

Dengan pola pengembangan buah yang lebih baik, musim buah akan menjadi  musim yang ditunggu-tunggu karena menyenangkan konsumen dan petani. Ini yang mesti menjadi standard keberhasilan pembangunan komoditi pertanian apapun di Indonesia.

Dikebun-kebun para petani bernyanyi-nyanyi sambil memetik buah. Dihari libur banyak pelancong masuk desa bercanda bersama keluarga dikebun buah. Dihotel-hotel, restoran dan pesta-pesta pernikahan hingga sunatan bertabur buah segar yang lezat-lezat.

Dikantor-kantor darah hingga istana Negara setiap harui tersaji buah Nusantara yang ranum untuk para tamu yang dilayani. Diterminal, bandara dan ruang tunggu pelabuhan banyak buah dijajakan dengan harga menarik sehingga merangsang pelancong beli oleh-oleh.

Para penumpang bus, kreta, kapal hingga pesawat semua disajikan buah-buah yang segar dan lezat. Dijalan-jalan banyak dijual buah khas daerah, dipasar-pasar para pedagang tertawa riang karena dagangannya cepat habis dengan sedikit membuang sampah.

Dipelabuhan-pelabuhan banyak container naik kapal untuk mengusung buah tropis ke Timur Tengah dan kepenjuru benua empat musim. Rasanya negri Indonesia ini seperti surga yang digambarkan sebagai istana, yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dengan kebun buah ranum yang dapat dipetik sambil duduk santai diteras-teras bersama para bidadari. 

Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018