El Nino membuat lahan petani kekeringan | Sumber Foto:Dol. Sinta
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Fenomena El Nino atau musim kering panjang yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan menjadi tantangan besar bagi pertanian di Indonesia. Bukan hanya kekeringan yang bakal menggangu pertanaman, karena berkurangnya air, tapi juga persoalan hama dan penyakit. Kondisi ini harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak mengganggu produksi pangan dalam negeri.
Prediksi BMKG El Nino berpeluang sebesar 50-60?n diprediksi akan terjadi mulai Agustus dan bertahan hingga akhir tahun 2023. Bangsa Indonesia punya pengalaman buruk bencana kekeringan yakni tahun 2015 – 2016. Dampaknya, kekeringan melanda 16 provinsi meliputi 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan di Indonesia. Saat itu, bukan hanya pertanian yang terkena imbasnya, tapi kebakaran hutan pun melanda berbagai wilayah Indonesia.
Dengan kondisi cuaca ekstrim tersebut, BMKG menghimbau Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau panjang tersebut. Bagaimana Kementerian Pertanian menyikapi fenomen El Nino ini?
Susun Strategi
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, dirinya telah memerintahkan semua jajarannya untuk mewaspadai musim kemarau ekstrim atau El Nino yang diprediksi puncaknya terjadi pada Agustus mendatang. ”Menghadapi musim kering ekstrim atau El Nino saya minta jajaran Kementan berada di lapangan membantu para petani yang kesulitan. Kemudian saya juga meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia," ujar mantan Gubernur Sulsel ini.
Mengantisipasi musim kemarau tahun ini, Kementerian Pertanian telah menyusun strategi agar jangan sampai terjadi kelangkaan pangan. "Kita harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama saat kemarau nanti. Seperti memanfaatkan infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang,” ujar SYL.
SYL mengatakan, pihaknya juga terus mendorong para petani untuk mengikuti program asuransi usaha tani padi (AUTP), mengerahkan gerakan mitigasi El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan, serta mendorong percepatan tanam dengan menggunakan varietas tahan kering, mekanisasi seperti penggunaanTraktor Roda 4 dan Traktor Roda 2.
Bukan hanya itu, SYL juga meminta para penyuluh untuk menjadi pejuang dan garda terdepan dalam meningkatkan produktivitas saat musim kemarau panjang. Bagi SYL, penyuluh pertanian lapangan adalah “kopassus” yang harus menyebar ke semua desa dan mulai menghidupi petani secara mandiri melalui kelembagaan ekonomi.
Caranya, lanjut SYL, penyuluh dapat membantu petani untuk fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai jalan pertama dalam menangani persoalan modal. Jadi, menurutnya, sintesa dalam menghadapi El Nino adalah membuat kelembagaan yang kuat dan bernilai ekonomi, termasuk menyiapkan teknologi dan mekanisasi.
”Ke depan targetnya harus meningkat melalui konsep, program dan kelembagaan yang jauh lebih kuat. Inilah yang disebut dengan program eksponensial," ujar SYL. Selanjutnya, kata SYL, lembaga ekonomi itu akan mengatur pengadaan pupuk, kemudian pengadaan benih dan juga sarana prasarana produksinya. Jadi pola keuangannya bukan sekedar bantuan melainkan prinsip pinjaman yang dikembalikan melalui kerja keras.
"Saya ingin dalam kelembagaan bernilai ekonomi ini nantinya ada budidaya sapi, pupuk organik, benih unggul sampai pada alat modern lainya. Jadi jangan kita terbiasa dengan bantuan karena hanya membuat kita tidak berpikir,” katanya.
Senada dengan SYL, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Ali Jamil mengatakan, terkait dengan ancaman El Nino yang diperkirakan terjadi Agustus mendatang, pihaknya telah menyiapkan berbagai antisipasi kekeringan. Diantaranya, mendorong petani untuk ikut program AUTP, mengerahkan gerakan serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada.
Ali Jamil juga mendorong petani melakukan percepatan tanam menggunakan alsintan seperti Traktor Roda 4 dan Traktor Roda 2. Tahun 2023 ini Ditjen PSP juga menyiapkan alokasi bantuan alat mesin pertanian seperti Traktor Roda 4 (800 unit), Traktor Roda 2 (4.745 unit), pompa air 1.900 unit untuk seluruh indonesia.
Ali Jamil meminta petani untuk memaksimalkan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) agar dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah. Bantuan pemerintah lainnya adalah dalam kegiatan irigasi perpipaan, perpompaan, pembangunan embung dan dam parit.
”Ini bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan. Infrastuktur irigasi yang telah dibangun pada tahun tahun sebelumnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi kemarau nanti,” katanya.
Tahun ini Kementerian Pertanian mengalokasikan pembuatan embung sebanyak 500 unit, bantuan perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit dan RJIT sebanyak 3.213 unit. Selama tahun 2020-2022, Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi peningkatan ketersediaan air RJIT sebanyak 11,866 unit, perpompaan 2.177 unit, perpipaan 439 unit dan embung 1.531 unit.
Fenomena El Nino pun harus diketahui petani. Disinilah peran penyuluh untuk membimbing petani agar sejak dini mengantisipasi kemarau panjang tersebut