Selasa, 29 April 2025


Ingin Ekspor Pisang, Ini Saran Pelaku Usaha  

03 Agu 2021, 09:15 WIBEditor : Yulianto

Pisang komoditas hortikultura yang potensial di pasar ekspor

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta—Pisang menjadi salah satu komoditas yang potensial untuk menembus pasar ekpsor. Namun untuk memenuhi permintaan ekspor, harus diakui pisang lokal masih menjumpai kesulitan untuk bersaing di pasar luar negeri.

Associate Director PT GGP, Supriyono Loekito menyatakan, beberapa kesulitan utama pisang lokal untuk bersaing adalah produktivitas rendah, namun biaya produksi tinggi. “Kualitas produk juga tidak konsisten, produk tidak bisa dilacak catatan perlakuannya, dan tidak memiliki sertifikasi mutu untuk pasar internasional,” katanya.

Selain itu, satu hambatan lain yang tidak bisa dihindarkan, yakni adanya diskriminasi pengenaan tarif produk Indonesia di negara tujuan ekspor. Kendala lain adalah yang berada di luar kemampuan kita. Misalnya, diskriminasi pengenaan tarif terhadap produk Indonesia dari negara-negara tujuan ekspor.

Bisa kita lihat perbedaan tarifnya. Di Jepang, pisang kita ini dikenakan tarif ekspor 10 persen, sementara Filipina tidak dikenakan tarif apapun,” ujarnya.

Supriyono menambahkan, untuk bisa melakukan ekspor, perlu adanya sertifikasi karena produk yang dikirim harus yang berkualitas terbaik dan dalam kondisi sempurna. Tidak boleh ada yang busuk atau cacat. Kemudian, dibutuhkan juga phytosanitary certificate yang dikeluarkan oleh pihak karantina.

Kualitas dan kondisi produk pisang yang baik untuk ekspor, tidak lepas dari peran penerapan Global Good Agriculture Practice (GAP) for Banana Production. Ada 6 enam poin Global GAP yang perlu diperhatikan, yaitu proses produksi menerapkan higienitas yang baik, bebas residu pestisida, menerapkan sistem traceability, menjamin keamanan dan kesejahteraan pekerja, produksi ramah lingkungan, dan menerapkan sistem dalam mengatur produk GMO.

Selain menerapkan Global GAP for Banana Production, lokasi dan teknologi budidaya juga sangat mempengaruhi kualitas pisang untuk ekspor. Supriyanto memaparkan semakin tinggi lokasi budidaya, semakin enak dan manis rasa pisang yang dihasilkan. Dampaknya, harga jualnya pun juga bisa lebih tinggi.

Dari sisi teknologi budidaya, hal pertama dan yang paling utama dari budidaya pisang adalah bibit. Supriyanto menyarankan, sebaiknya menggunakan bibit yang benar-benar bagus dan diharapkan dari Meristem Tissue Culture (MTC).

Setelah itu, dapat mulai dilakukan proses produksi pisang secara umum mulai dari penyiapan lahan; penanaman secara manual 2.000-3.000 tanaman per ha; perawatan tanaman; perawatan buah seperti bud injection, bagging, penyangga dan penandaan; pemanenan sesuai spesifikasi packing; hingga packing untuk melindungi buah dari kebun ke pasar.

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018