Produk Gethuk Bakar Katulampa kreasi Darmono Taniwiryo
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Singkong tidak asing bagi bangsa Indonesia. Di beberapa negark tropis seperti Asia, Arika dan Amerika Selatan, singkong menjadi makanan pokok. Bahkan di Brazil, tepung singkong menjadi makanan utama.
Mengapa demikian? Ternyata makanan yang selama ini dianggap inferior itu memiliki manfaat bagi Kesehatan. Setiap 100 gram singkong mengandung 110-150 kalori. Singkong juga mengandung karbohidrat komplek, serat tinggi dengan nilai glikemik rendah dan antioksidan penangkal radikal bebas
“Potensi tanaman singkong sangat besar sebagai produk pangan. Hal ini terlihat dari tren produksi singkong dunia yang selalu naik. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman singkong bisa menjadi harapan bangsa dunia,” kata Darmono Taniwiryono, Co Founder Singkong Cyber.
Apalagi produksi singkong Indonesia terus mengalami kenaikkan cukup siginifikan. Karena itu Darmono berharap, pemerintah bisa mengupayakan potensi singkong yang sangat besar itu. “Saat ini kita masih kalah dari Thailand, bahkan dari Nigeria,” katanya saat FGD Manfaat Singkong yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (18/8).
Mengapa singkong potensial untuk dikembangkan? Ternyata singkong memiliki potensi besar sebagai tanaman penyokong keamanan pangan paling menjanjikan. Singkong dapat tumbuh sepanjang tahun, bahkan di lahan ketersediaan nutrisi rendah dan tahan kekeringan. “Kita tahu negara-negara iklim kering seperti Nigeria bisa tumbuh dengan nbaik,” ujar Darmono.
Bangun Singkong Cyber
Dengan kandungan besar yang masih terpendam itulah, Darmono membangun Singkong Cyber. Berbagai makanan kekinian berbahan baku singkong diramu sesuai selera kaum milenial dengan proses yang hygienis. “Arahnya membantu pemerintah mewujukan keberhasilan diversifikasi pangan menuju Indonesia sehat,” ujarnya.
Untuk itu, ia berharap semua pihak, khususnya pemerintah mengupayakan agar singkong menjadi sesuatu yang sangat bernilai tinggi, bahkan tidak Lagi digambarkan makanan yang kuno dan makanan orang yang tertinggal.
Produk berbahan baku singkong yang Darmono produksi adalah Gethuk Bakar. Selama ini gethuk merupakan jajanan yang disajikan dengan dikukus atau digoreng saja. Namun, ia mencoba mengolah menjadi beberapa varian gethuk yang tidak biasa, yakni gethuk bakar dengan beragam isian.
Darmono pun membuat brand Getuk Bakar Katulampa (GBK) sebagai makanan lokal dari Bogor. Dengan Moto Bersama Bangun Kecintaan terhadap Produk Lokal, ia berharap GBK yang dilahirkan pertengahan 2021 di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor Timur akan menambah jajaran makanan khas kota hujan, mengikuti pendahulunya yakni asinan, lapis talas dan roti unyil.
Darmono melihat, pertumbuhan cafe dengan sajian kopi saat ini sangat fenomenal dalam satu sampai dua dasawarsa ini di Indonesia. “GBK merupakan sandingan kopi yang sangat cocok bagi semua umur,” ujar Pria kelahiran Yogyakarta, 17 Agustus 1957.
“GBK citarasanya sangat unik dan memiliki beberapa variasi mulai dari isian nanas, gula kelapa, cokelat, dan keju. GBK lebih tahan lama dari getuk lindri yang selama ini ada, mungkin sejak jaman nenek moyang dulu,” kata Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) ini.
Bahkan Darmono menegaskan, tidak tertutup kemungkinan dirinya akan membuat varian isi yang lainnya. Bukan hanya GBK, ia kini telah combro bakar. “Supaya menarik, saya kreasikan combro bakar dan menjadi enak. Saat ini banyak juga orang yang tidak suka makan minyak. Jadi ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk makan combro tanpa minyak,” katanya.
Semua ini Darmono ciptakan menjadi unik agar kaum muda suka. Dirinya mengaku, dalam membudayakan pangan lokal memang harus melibatkan kawula muda untuk bisa mempromosikan kepada anak-anak. “Nanti akan saya buat varian yang tidak pedas agar anak-anak suka. Memang untuk mengenalkan makanan itu harus kita ciptakan yang menarik,” ujarnya.
Darmono berharap pengembangan GBK dapat mengangkat kecintaan kaum mileneal terhadap pangan lokal yang berasal dari singkong. Kaum milenial umum menyukai makanan yang kekinian dan keren. Bahkan kalau bisa berbeda dengan yang ada selama ini seperti singkong rebus, singkong goreng dan singkong bakar. “Ketika kaum milenial menjadi suka denga GBK, diharapkan pada akhir giliranmya membantu terciptanya diversifikasi pangan di negeri ini,” kata lulusan S3 University of Wisconsin Madison