TABLOIDSINARTANI.COM, Batu -- para petani apel malang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan berbedanya lahan yang dikuasainya. Petani-petani yang termasuk strata B (luasan lahan 0,5 – 1 Ha) dan strata C (luasan lahan < 0> 1 Ha) lahan yang mereka gunakan sebagian adalah milik sendiri dan sebagian lagi adalah lahan yang disewa. Jarak tanam yang diterapkan oleh petani cukup beragam ada yang 1,5 x 1,5 m sampai 3,5 – 3,5 m.
Varietas apel yang ditanam adalah varietas Rome Beauty, Manalagi dan Anna. Terkadang para petani ada yang menanam lebih dari satu macam varietas apel. Namun demikian varietas Manalagi tetap mendominasi sebagai jenis apel yang paling banyak diusahakan dengan alasan pemeliharaan apel manalagi lebih mudah dan lebih murah biayanya dari pada menanam jenis apel lainnya.
Secara umum, biaya yang dikeluarkan oleh petani paling besar adalah untuk pembelian pestisida (32-44%), diikuti oleh tenaga kerja (30-37%), pupuk (15-28%), sisanya untuk biaya lain-lain.
Semakin sempit kebun yang dikelola, biaya pestisida semakin besar yang berarti bahwa efisiensi pengunaan pestisida pada kelompok petani kecil lebih rendah atau ada kecenderungan menggunakan pestisida secara berlebihan.
BACA JUGA:
Biaya pestisida ini apabila digabung dengan biaya tenaga kerja dan bahan penunjang aplikasinya (bahan bakar) maka total biaya untuk pengendalian hama penyakit meningkat menjadi sekitar 50?ri total biaya usahatani. Kondisi ini menunjukkan begitu besar ketergantungan petani terhadap pestisida yang menyebabkan pengaruh negatif terhadap mutu lingkungan dan manusia. Oleh karena itu, inovasi teknik budidaya yang ramah lingkungan perlu segera dikaji untuk diterapkan dalam penyempurnaan yang sudah ada, dan selanjutnya diperkenalkan pada kelompok tani.
Pengelolaan kebun apel yang luasnya diatas 1 hektar memiliki nilai R/C rasio (return/cost) relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengelolaan lahan yang lebih sempit. Hal ini disebabkan petani yang mengelola kebun kurang dari satu hektar tidak ada biaya komponen sewa lahan seperti petani yang mengelola kebun diatas 1 Ha, sehingga biaya lain-lain pada petani pengelola kebun diatas 1 Ha meningkat atau R/C rasionya menjadi lebih kecil, dan selanjutnya untuk menghasilkan 1 kg buah dibutuhkan biaya lebih banyak.
Ilustrasi Analisis Biaya dan Pendapaan Usahatani Apel Selama 1 Tahun.
Meskiun R/C rasio pada petani pengelola kebun diatas 1 Ha lebih rendah (1,74) dibandingkan dengan petani yang mengelola kebun lebih sempit (1,93 – 2,12), secara umum usahatani apel yang dilakukan oleh petani masih efisien dan layak untuk dikembangkan karena keuntungannya masih jauh lebih tinggi.
BACA JUGA:
Keuntungan yang diperoleh oleh petani apel bervariasi dipengaruhi oleh luas kebun yang dikelola. Semakin luas kebunnya, keuntungannya yang diperoleh juga semakin besar, yaitu Rp.67.405.095,-/tahun untuk petani yang mengelola kebun lebih dari 1 Ha, Rp.25.756.878,-/tahun untuk petani yang mengelola kebun antara 1 – 0,5 Ha, dan Rp.11.700.900,-/tahun untuk petani yang mengelola kebun kurang dari 1 Ha. Berdasarkan pada fakta ini, dalam penggembanan agribisnis apel maka petani kecil perlu mendapatkan perhatian lebih serius terutama dalam pembinaan maupun fasilitas dari pemerintah agar menjadi petani ang lebih mandiri dan kesejahteraannya meningkat.
Nilai harga BEP (Break Even Point)/ Nilai Titik Impas) yang menggambarkan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk menghasilkan 1 kg buah apel bervariasi antara Rp.2.239,- sampai Rp.3.180 dan rata-rata Rp.2.770. Nilai ini penting diketahui karena petani menghendaki adanya kebijakan pemerintah dalam penentuan harga terendah apel ditingkat petani seperti kebijakan penentuan harga jagung di Gorontalo. Apabila hal ini bisa terwujud, maka hal-hal yang bersifat kontradiktif dengan upaya pengembangan agribisinis apel seperti penjualan dan alih fungsi kebun yang ditengarai meningkat dapat dikurangi, serta minat pelaku agribisnis apel semakin kuat pada akhirnya kejayaan dan kelestarian apel semakin nyata.
===
Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK: LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klik: myedisi.com/sinartani/