Selasa, 17 September 2024


Krisan Tomohon Melangkah ke Panggung Dunia

12 Peb 2024, 15:38 WIBEditor : Gesha

Krisan Potong Hasil Pendampingan BSIP Sulut dipamerkan pada Tomohon Internasional Flower Festival. | Sumber Foto:BPSIP Sulut

TABLOIDSINARTANI.COM, Tomohon --- Krisan Tomohon telah mengukir sebuah perjalanan gemilang yang memikat hati dunia. Dari jalan-jalan sempit dan udara segar Tomohon, bunga yang begitu berharga ini melangkah dengan penuh keanggunan ke panggung dunia.

Tomohon, sebuah kota kecil yang terletak di Sulawesi Utara, Indonesia, terkenal akan keindahan alamnya yang memesona. Namun, salah satu daya tariknya yang paling menonjol adalah bunga krisan. Bunga krisan merupakan lambang kecantikan dan keanggunan yang melambangkan keteguhan dan keabadian. Bunga ini sering digunakan dalam berbagai upacara dan perayaan, baik dalam budaya lokal maupun internasional.

Bunga krisan dari Tomohon terkenal akan kualitasnya yang unggul dan warnanya yang mencolok. Petani bunga di daerah ini telah menguasai teknik budidaya yang membuat krisan mereka menjadi yang terbaik di pasaran. Tidak hanya itu, krisan dari Tomohon juga dikenal akan daya tahan dan ketahanannya yang luar biasa, sehingga dapat bertahan lebih lama setelah dipetik. Hal ini membuatnya menjadi pilihan utama untuk dekorasi dalam berbagai acara, mulai dari pernikahan hingga acara formal.

Tidak hanya sebagai produk hortikultura, bunga krisan dari Tomohon juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat setempat. Mereka menganggap bunga ini sebagai bagian penting dari identitas budaya mereka. Dengan popularitasnya yang terus meningkat, krisan dari Tomohon tidak hanya menjadi sumber keindahan visual tetapi juga menjadi penopang ekonomi lokal. Dengan demikian, kehadiran bunga krisan dari Tomohon tidak hanya menjadi sebuah keindahan estetika, tetapi juga menggambarkan kekayaan budaya dan potensi ekonomi yang ada di kawasan tersebut.

Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sulawesi Utara (BPSIP Sulut) telah melakukan pendampingan pada 7 kelompok tani bunga krisan potong di Kawasan pengembangan agribisnis krisan Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Mereka mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 4478 tahun 2014 untuk krisan potong.

Sebelum melaksanakan kegiatan, Tim BSIP Sulut berdiskusi dengan pemerintah setempat untuk membahas kesiapan lokasi pendampingan. Tujuan dari pendampingan ini adalah agar kelompok tani dapat menerapkan standar ekspor krisan yang diusahakan.

Krisan memiliki keunggulan tersendiri. Selain memiliki nilai estetika sebagai bunga potong, krisan dapat bertahan hingga 30 hari untuk dijadikan hiasan dan dekorasi. BSIP Sulut memberikan pendampingan budidaya krisan mulai dari penanaman, pemupukan, pengendalian hama, hingga proses panen dengan menerapkan Good Agriculture Practice (GAP) dan Good Handling Practice (GHP).

Namun, selama kegiatan pendampingan, tim menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah petani yang belum sepenuhnya menerapkan standar budidaya krisan, masih mempertahankan kebiasaan lama dalam budidaya krisan. Selain itu, ada masalah serangan hama dan penyakit yang juga menjadi perhatian selama pendampingan ini.

Budidaya Krisan Standar Ekspor

Berikut adalah tahapan budidaya krisan secara standar ekspor dengan menerapkan GAP (Good Agriculture Practice) dan GHP (Good Handling Practice):

1. Penyiapan Sarana dan Prasarana: Meliputi pembangunan green house yang disesuaikan dengan luas lahan masing-masing kelompok tani. Green house harus memiliki sirkulasi udara yang cukup, jaringan listrik yang terjangkau, sistem irigasi yang tersedia, dan dilengkapi dengan sarana drainase untuk menghindari genangan air. Instalasi pencahayaan juga dipasang untuk memberikan pencahayaan tambahan selama 4 jam pada malam hari.

2. Pengolahan Lahan: Dilakukan pada tanah yang memiliki tekstur yang baik, subur, berdrainase baik, bebas dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), dengan pH tanah antara 5,5 - 6,5. Tempat ideal untuk budidaya krisan adalah pada dataran tinggi dengan ketinggian antara 700 – 1.200 m dpl, dan suhu harian berkisar antara 17-30 derajat Celcius. Suhu yang ideal untuk fase vegetatif adalah 22-28 derajat Celcius pada siang hari dan tidak melebihi 26 derajat Celcius pada malam hari, sedangkan pada fase generatif adalah 16-18 derajat Celcius.

3. Penanaman Stek Krisan: Sebelum ditanam, diberikan pupuk kandang yang sudah matang dengan dosis 3 ton/ha, serta pupuk dasar yang terdiri dari campuran Urea, Za, dan KNO3. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari dengan jarak tanam standar 12,5 x 12,5 cm.

4. Pemupukan: Pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulangi secara periodik seminggu sekali hingga akhirnya sebulan sekali. Pada fase generatif, menggunakan pupuk urea, TSP atau SP-36, dan KNO3.

5. Pemeliharaan: Meliputi penyulaman, penyiangan, penyiraman, dan pinching. Penyulaman dilakukan pada 10-15 hari setelah tanam, penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, pagi dan sore hari, dengan jumlah air antara 5-15 liter/m2.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit OPT: Monitoring dilakukan secara rutin minimal sekali seminggu untuk mengetahui perkembangan populasi OPT. Pencegahan dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida secara rutin.

7. Panen dan Pasca Panen: Krisan siap dipanen saat umur 3-4 bulan setelah tanam. Panen dilakukan pada pagi hari jam 06.00-08.00 atau saat suhu udara tidak terlalu tinggi. Ada dua cara pemanenan, yaitu dipotong tangkainya menggunakan gunting steril atau mencabut seluruh tanaman sampai akar. Bunga yang dipanen diletakkan pada wadah yang telah diisi dengan air bersih.

Melangkah ke Mancanegara 

Kerjasama antara BSIP Sulawesi Utara dan Pemerintah Kota Tomohon, khususnya Dinas Pertanian Kota Tomohon, dalam pengembangan krisan telah menghasilkan pembangunan 9 screen house, dengan 1 screen house disediakan oleh BSIP. Jika masing-masing screen house ini menampung 10.000 tanaman krisan, maka total akan diperoleh 100.000 kuntum bunga. Rencananya, penanaman akan dijadwalkan untuk tujuan ekspor ke Singapura atau Jepang.

Manajer PT. Garuda Indonesia cabang Manado menyampaikan bahwa terdapat penerbangan dari Manado ke Jepang oleh Maskapai Garuda sebanyak sekali dalam seminggu. Oleh karena itu, pengiriman atau ekspor krisan ke Jepang sangat dimungkinkan dilakukan dengan biaya pengiriman ke Jepang sekitar Rp. 17.000 per kilogram.

Wali Kota Tomohon, Caroll Senduk, sangat mengapresiasi pendampingan yang dilakukan oleh BSIP Sulut kepada kelompok tani krisan di Tomohon. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan produksi krisan potong di Tomohon dapat meningkat, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada pendapatan para petani bunga di kota tersebut.

Selain itu, pendampingan ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli krisan potong tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional.

Dalam mewujudkan impian mengirimkan krisan Tomohon ke luar negeri, BSIP Sulawesi Utara telah melakukan pemeriksaan terhadap kualitas bunga krisan. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Manado, dan hasilnya menunjukkan bahwa bunga sudah bersih dan sesuai dengan standar ekspor.

Selanjutnya, dilakukan bimbingan teknis penanganan pasca panen krisan berstandar ekspor, yang dihadiri oleh berbagai pihak termasuk Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tomohon, kepala BSIP Sulut, eksportir bunga dari Sulut, manajer PT. Garuda Indonesia, Asbindo Kota Tomohon, serta para petani krisan. Menurut narasumber Jaklin Jea, bunga krisan Tomohon telah memenuhi syarat mutu ekspor ke luar negeri.

 

Penulis : Lydia Tulung, Arnold Turang, Agussalim, Tiara Piri

Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sulawesi Utara (BPSIP Sulut)

Reporter : BPSIP Sulawesi Utara
Sumber : BBPSIP
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018