Bibit
Oleh: Memed Gunawan
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Bibit, Bobot dan Bebet, zaman sekarang masihkah relevan? Generasi milenial lebih terkesan individual, rasa percaya diri tinggi, cara-cara hidup lepas dari tradisi, lekat dengan teknologi? Walaupun sebagian besar orang tua, masih menanamkan ke anak-anaknya konsep 3B ini, agar tidak salah dalam memilih dan menjalani hidupnya.
Bibit adalah tentang asal-usul, latar belakang, bagaimana seseorang dididik dan dibesarkan; bobot artinya kualitas diri, termasuk keimanan, pendidikan, pekerjaan, kecakapan dan perilaku. Sedangkan bebet adalah penampilan yang merupakan gambaran lahiriah. Ini semua adalah cerita soal perkawinan.
Pakem para leluhur ini boleh saja mulai luntur di kalangan para kawula muda, tetapi kalau bicara pertanian, Bibit, Bobot dan Bebet itu hukumnya wajib. Tiga B itu teramat penting dan tetap relevan sampai kapan pun. Keturunan, sifat, kualitas dan penampilan itu harus menjadi kriterian utama dalam memilih benih dan bibit.
Orang bijak percaya, 50 persen keberhasilan usaha pertanian itu sudah ada di tangan kalau benih atau bibit yang ditanam berkualitas baik. Kerugian yang akan dialami akibat benih atau bibit berkualitas rendah sangat besar, terutama jika yang diusahakan adalah tanaman tahunan seperti kelapa sawit atau kakao yang memerlukan waktu menunggu bertahun-tahun sebelum tanaman menghasilkan. Ketidakpastian menghantui petani jika mereka tidak mendapat informasi yang jelas tentang benih atau bibit yang dibelinya. Oleh karena itu, salah satu kunci penting dalam mengembangkan pertanian adalah adanya jaminan tersedianya benih dan bibit berkualitas baik. Zero tolerant terhadap benih dan bibit palsu serta input lain yang ditengarai banyak beredar di pasaran.
Dalam banyak kasus, kualitas benih dan bibit tidak mudah diditeksi secara kasat mata. Pemerintah, melalui aturan dan kebijakannya harus melakukan pengawasan ketat dan menjamin ketersediaan benih dan bibit yang baik. Peningkatan kualitas benih dan bibit merupakan proses rumit bio teknologi dan rekayasa genetik oleh sejumlah besar ahli. Peningkatan kualitas benih dan bibit dilakukan oleh lembaga penelitian dan perusahaan yang berinvestasi besar dalam penelitian dan keilmuan.
Ilmu pengetahuan memegang peranan penting. Tidak sedikit penelitian dan teknologi benih dan bibit dilakukan oleh negara-negara maju yang samasekali tidak mempunyai sumberdaya alam yang sesuai untuk memproduksi tanaman tersebut.
BACA JUGA:
Penelitian kelapa sawit dan produksi bibit kurma hasil kultur jaringan dilakukan di Inggris. Sama halnya, penelitian tentang teknologi benih dan prosesing kopi dan kakao banyak dilakukan di Eropa, dan benih padi hibrida secara masif diproduksi di Cina. Sistem kultur jaringan memungkinkan produksi benih dan bibit secara masal di rumah kaca berukuran besar.
Ketergantungan petani di negara agraris pada teknologi pertanian yang dihasilkan oleh negara non agraris masih cukup besar. Kenyataannya perusahaan benih dan bibit adalah yang paling banyak menikmati margin. Di tingkat petani, porsi biaya benih dan bibit memang tidak besar tetapi kecenderungannya terus meningkat, apalagi jika yang digunakan benih hibrida karena harus menggunakan benih baru pada setiap musim tanam. Sangat pantas jika pengawasan kualitas benih menjadi prioritas dan merupakan keharusan, untuk menjamin petani memperoleh benih dan bibit yang terbaik agar mereka mendapatkan hasil yang terbaik pula.
Indonesia mempunyai sejarah gemilang yang dicatat dunia dalam menghasilkan bibit tebu, kelapa sawit dan tembakau pada masa lalu. Ironis bahwa tembakau Deli surut dan tebu terpuruk menjadikan Indonesia negara importir gula terbesar di dunia.
Untuk menghindarkan petani dari kerugian dan sekaligus meningkatkan pengetahuannya tentang benih, petani harus diberikan informasi yang terang benderang tentang benih yang dibelinya. Pelabelan yang jelas, expired date, perlakuan yang dibutuhkan, kebutuhan cahaya dan air, daya tumbuh, potensi produksi, adalah informasi yang wajib ada pada kemasan. Kemasan benih yang baik juga mencantumkan "do" and "don't" baik dengan teks maupun gambar sehingga mudah dipahami oleh pengguna.
Perlakukan terhadap benih dan bibit memang khusus. Di negara-negara yang belum layak disebut agraris pun, seperti di Afrika, benih padi atau jagung terlihat jelas berbeda dengan padi dan jagung untuk konsumsi. Warnanya merah karena sudah dilapisi dengan pupuk dan pestisida untuk membantu pertumbuhan dan menghindarkan gangguan hama penyakit. Ibarat anak balita yang diproteksi dan diberi nutrisi khusus agar tumbuh sehat. Dengan cara itu benih akan tumbuh dengan baik.
Jadi, perhatikan Bibit, Bobot dan Bebet kalau bicara soal pertanian. Kalau tanaman atau hewan peliharaannya sehat, petani pasti akan berbahagia. Walaupun belum tentu otomatis jadi sejahtera. Sejahtera lain lagi, itu perlu upaya satu langkah lebih jauh. Kita memang harus bekerja lebih keras dan lebih tegas untuk menyejahterakan para petani. Kita harus memberikan petani yang terbaik agar mereka mampu memberikan yang terbaik bagi negeri ini. Wallahualam.
Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK: LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klik: myedisi.com/sinartani/