TABLOIDSINARTANI.COM, BANYUWANGI -- Guna mempercepat pengenalan penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) di tingkat petani, sejumlah unit pelayanan jasa alsintan (UPJA) rutin memberikan sosialisasi pentingnya memanfaatkan alsintan kepada anggota Poktan maupun Gapoktan. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan, petani bisa lebih optimal menggunakan alsintan mulai dari olah tanah sampai panen.
Manager UPJA Tani Makmur, Heru Rusiyanto mengatakan, manajemen UPJA sampai saat ini masih konsentrasi mensosialisasikan penggunaan alsintan ke petani melalui kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Desa Gladag, Kecamatan Rogojambi, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur. Selain itu, UPJA Tani Makmur juga melakukan pelatihan cara mengoperasikan alsintan kepada calon operator alsintan di kecamatan sekitar Kabupaten Banyuwangi.
“Karena itu, kami belum melakukan ekspansi usaha dengan menambah alsintan. UPJA yang kami kelola hanya mengoptimalkan alsintan yang sudah ada supaya kas UPJA tak kosong,” papar Heru Rusiyanto, di Jakarta, belum lama ini.
UPJA Tani Makmur yang berdiri pada tahun 2017 tak hanya melayani sewa alsintan petani di Desa Gladag, tapi sudah berusaha memperluas cakupan ke sejumlah desa lainnya di Kecamatan Rogojambi. Kementerian Pertanian pernah memberikan UPJA yang berada di bawah naungan Gapoktan Surangganti ini bantuan combine harvester (CH) besar 1 unit dan rice transplanter (RT) 3 unit dan handtraktor 1 unit.
Setelah setahun UPJA didirikan, jumlah petani yang memanfaatkan atau sewa alsintan, khususnya CH dan RT tercatat cukup banyak. CH menjadi alsintan favorit petani, karena di Desa Gladag kini petani mulai kesulitan sekali tenaga kerja untuk tanam. “Alsintan ini merupakan berkah bagi mereka,” ujar Heru.
Faktor lainnya banyaknya petani di Desa Gladag dan sekitarnya yang berminat memanfaatkan CH dan RT, karena penggunaan kedua alsintan tersebut sangat efektif dan efisien. Artinya, dengan memanfaatkan RT petani bisa menghemat waktu dan uang. Begitu juga dengan memanfaatkan CH, petani bisa mendapat hasil panen yang lebih baik.
“Petani yang menggunakan alsintan lebih dimudahkan dalam olah tanah, tanam, sampai panen. Penggunaan alsintan ini juga lebih efektif dan efisien. Petani tak perlu waktu lama dalam olah lahan, tanam dan panen. Cara kerja alsintan juga lebih efisien,” tuturnya.
Hitungan Heru, jika petani menggunakan CH ada selisih sekitar Rp 400 ribu/bahu. Jadi, penggunaan alsintan ini juga menguntungkan petani. Karena itu, pihaknya terus mendorong petani memanfaatkan alsintan, karena dengan memanfaatkan alsintan, hasilnya dijamin lebih baik. Bahkan, usaha taninya juga lebih maksimal. “Karena berapapun luas lahan sawah yang dimiliki petani bisa dijangkau dengan alsintan,” ujarnya.
Untuk mendorong petani menggunakan alsintan, UPJA Tani Makmur tak membebani petani dengan ongkos atau sewa alsintan yang mahal. “Sangat manusiawi dan terjangkau bagi petani,” ujar Heru. Sebagai contoh, sewa RT hanya dipatok dengan harga Rp 1,6 juta/bahu (tanam plus bibitnya). Kemudian untuk sewa CH dipatok sebesar Rp 1,3 juta/bahu, HT Rp 1 juta/bahu. Bahkan, khusus anggota Gapoktan yang sewa HT hanya dikenakan ongkos sewa sebesar Rp 900 ribu/bahu.