TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--Untuk mencukupi kebutuhan daging di dalam negeri, saat ini Kementerian Pertanian mengembangkan sapi Belgian Blue (BB). Dengan bobot hingga 2 ton/ekor, sapi unggul tersebut menjadi peluang bagi pemenuhan kebutuhan protein hewani, dan mengurangi ketergantungan impor daging.
Bahkan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman saat Rapat Koordinasi Teknis Unit Pelayanan Teknis (UPT) Lingkup Kementerian Pertanian, secara khusus meminta kepada seluruh UPT, khususnya UPT di bawah Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) untuk mengembangkan sapi tersebut
“Saya tidak mau lihat lagi sapi yang kecil-kecil. Nanti masyarakat yang datang ke UPT dan mau beternak berikan spermanya. Ini kan bentuk edukasi masyarakat sekeliling. Bahkan pimpinan UPT harus mengundang pemerintah daerah untuk mengenalkan inovasi tersebut,” katanya.
Amran menilai sapi Belgian Blue yang dikembangkan Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang merupakan harapan bagi Indonesia untuk mencapai swasembada daging. Dengan bobot hingga 2 ton/ekor, jauh lebih berat dari sapi umumnya yang hanya sekitar 400-500 kg/ekor, sapi Belgian Blue bisa menutupi kebutuhan daging di dalam negeri. “Bayangkan jika tiap UPT memelihara 5 ekor. Sekarang sudah ada sekitar 400 ekor sapi Belgian Blue,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita menganggap, pengembangan sapi Belgian Blue merupakan bukti keseriusan pemerintah untuk mencapai swasembada daging sapi 2026. Mmelalui introduksi dan pengembangan Belgian Blue akan terbentuk rumpun sapi baru Indonesia.
Diarmita mengatakan, rata-rata berat kelahiran sapi Belgian Blue murni 52,4 kg dan Belgian Blue hasil persilangan antara 27-55 kg. Sedangkan pertambahan berat badan harian 1,2-1,6 kg/hari, serta bobot sapi jantan dewasa bisa mencapai 1.100-1.250 kg. “Belgian Blue adalah salah satu pilihan masa depan pengembangan sapi potong di Indonesia,” tambahnya.
Kepala Balai Embrio Transfer (BET) Cipelang, Oloan Parlindungan menambahkan, sampai saat ini terdapat anak Belgian Blue murni hasil trasfer embrio (TE) sebanyak 97 ekor dan persilangan Belgian Blue sebanyak 278 ekor yang berasal dari induk sapi jenis lain yakni FH, Simmental, Limousin, Angus, PO, Aceh, Madura, dan Wagyu.
"Anak hasil transfer embrio pertama yaitu Gatotkaca telah menghasilkan 1.614 straw semen beku yang merupakan waiting list semen untuk seluruh UPT yang ikut dalam program," kata Oloan.
Oloan mengatakan, pengembangan rumpun sapi baru di Indonesia dilaksanakan secara bertahap. Untuk itu pengembangan sapi BB saat ini dilakukan secara tertutup dan terkontrol di instansi yang ditunjuk, memiliki sumberdaya pakan dan tenaga ahli yang mencukupi.
Setidaknya terdapat 12 unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Kementerian Pertanian yang dalam pelaksanaannya didampingi pakar pendamping dari berbagai perguruan tinggi dan praktisi.
Belgian Blue menjadi pilihan pemerintah untuk pengembangan, mengingat sapi ini punya karakteristik unggul, yaitu memiliki otot ganda (double muscle), temperamen jinak dan mudah dalam penanganan. Selain itu sapi ini beranak pertama pada umur 23 bulan dan memiliki efisiensi pakan yang tinggi.
Adapun kualitas karkas sapi jenis ini sangat baik, yaitu persentase karkasnya tinggi (75- 80%), kualitas daging lembut dan rendah kolesterol (± 45mg/100g), serta memiliki kandungan tinggi protein, Vit. B3, Vit. B12 dan zat besi. "Sapi ini akan memberikan keuntungan dan mensejahterakan peternak di masa yang akan datang. Ini akan menjawab tantangan penyediaan protein hewani yang berkualitas dan mencukupi," katanya.